Laporan BIOTEKNOLOGI Peternakan

Laporan BIOTEKNOLOGI Peternakan bagai pilihan yang bagus buat kalian yang pengen mencari solusi kabar mencabut. Beberapa kabar lainnya bisa kalian dapatkan disini pada baik.
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bioteknologi merupakan cabang ilmu yng mengkaji pemanfaatan mahluk hidup maupun buatan mahluk hidup semisal enzim intern proses produksi distribusi atau bisa juga dikatakan bakal menghasilkan barang serta jasa. Biteknologi secara simpel telah dikenal sejak dahulu kala, dibidang peternakan merupakan pemuliaan serta reproduksi hewan. Dewasa ini bioteknologi berkembang yang dengannya pesat makin-makin di negara maju. Kemajuan ini ditandai yang dengannya adaya rekayasa genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan, kloning serta pembuatan semen beku IB yang dengannya tujuan menghasilkan ternak yang dengannya buatan yng punya kualitas.
Teknologi Inseminasi Buatan (IB) ialah teknologi yng Suka digunakandalam oleh para peternak distribusi atau bisa juga dikatakan bakal memperbanyak ternak tanpa mempergunakan pejantan langsung. Teknik ini merupakan yang dengannya mendeposisikan semen yng berisi spermatozoa kedalam instrumen reproduksi betina menjadikan bakal terlaksana fertilisasi tengah spermatozoa dengansel telur yng ada intern instrumen reproduksi betina serta menghasilkan kebuntingan. Faktor utama yng memberi pengaruh kesuksesan IB ialah mutu semen beku. Oleh karena itu distribusi atau bisa juga dikatakan bakal terjaminnya mutu semen beku sapi yng beredar, butuh ditetapkan standar semen beku sapi. Mutu semen beku sapi yng memenuhi standar Perlu didukung oleh penanganan yng baik serta benar agar mutu semen beku sapi bisa dipertahankan sampai-sampai siap distribusi atau bisa juga dikatakan bakal diinseminasikan. Kualitas semen yng dipakai distribusi atau bisa juga dikatakan bakal inseminasi buatan Perlu memenuhi persyaratan evaluasi semen. Persyaratan yang telah di sebutkan semisal volume, warna, pH, konsistensi, motilitas, konsentrasi, serta morfologi sperma distribusi atau bisa juga dikatakan bakal mempertahankan kualitas semen serta pengujian perihal semen beku. Pengujian semen beku meliputi uji motilitas, abnormalitas, life and dead, membran plasma utuh.
Kesuksesan IB pun dipengaruhi oleh reproduksi ternak betina serta keterampilan petugasnya, ketepatan serta pelaporan deteksi berahi, serta pemeliharaan ternak betina. Ketepatan pengamatan terhadap fase estrus butuh diamati secara khusus. Fase estrus umumnya cuma berlangsung intern waktu singkat, oleh karenanya pemahaman mengenai siklus estrus pada suatu hewan butuh di lakukan menggunakan pengamatan yng cermat selama waktu tertentu. Sapi punya siklus yng gampang diamati, daur estrusnya terdiri dari lima fase yakni proestrus, estrus, metestrus, serta diestrus. Fase-fase ini gampang dikenal yang dengannya mengamati sel-sel penyusun vagina yakni mukosa vagina, distribusi atau bisa juga dikatakan bakal mempelajarinya maka diadakanya indra penglihat kuliah bioteknologi yng disertai praktikum agar mempermudah pemahaman.
B. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum Bioteknologi Peternakan merupakan : 1. Agar mahasiswa bisa memahami evaluasi semen beku pada ternak. 2. Agar mahasiswa bisa memahami cara memahami motilitas, abnormalitas, life and dead serta vaginal smear. 3. Agar mahasiswa bisa memahami cara thawing yng benar. 4. Agar mahasiswa bisa mengidentifikasi fase estrus pada ternak betina.
C. Manfaat Praktikum Manfaat praktikum Bioteknologi Peternakan merupakan : 1. Mahasiswa bisa memahami evaluasi semen beku pada ternak. 2. Mahasiswa bisa memahami cara memahami motilitas, abnormalitas, life and dead serta vaginal smear. 3. Mahasiswa bisa memahami cara thawing yng benar. 4. Mahasiswa bisa mengidentifikasi fase estrus pada ternak betina.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Spermatozoa Spermatozoa merupakan sel gamet jantan yng ialah sel yng Amat terdeferensiasi, satu-satunya sel yng memilki jumlah sitoplasma yng terperas serta nyaris habis. Strukturnya Amat khusus distribusi atau bisa juga dikatakan bakal mengakomodasikan fungsinya. Fungsi spermatozoa ada dua, yakni mengantarkan material genetis jantan ke betina serta fungsi kedua merupakan mengaktifkan program perkembangan telur. Analisa sperma ialah satu dari sekian banyaknya pemeriksaan awal yng di lakukan pada kasus infertilitas (susah bisa buah hati). Era di lakukan analisa pada sperma terdapat 2 hal yng butuh diperiksa : volume, waktu mencairnya, jumlah sel sperma per mililiter, gerakan sperma, PH, jumlah sel darah putih serta kadar fruktosanya (gula). Hasil anlisa sperma mampu menetukan apakah : ada masalah reproduksi (infertilitas), vasektomi sukses serta apakah reversal (menyambung kembali) vasektomi sukses (Mitchell serta Bruce, 2005).
Sperma straw punya pH netral lantaran sudah dicampur yang dengannya larutan pengencer menjadikan pH bagai netral oleh larutan pengencer.Akan tetapi, penggunaan pH paper tak punya tingkat ketelitian yng tinggi menjadikan cuma mampu menunjukan bahwasanya pHnya berkisar tengah 7-8.Hal ini mampu dikatakan bahwasanya sperma yang telah di sebutkan normal (Wahyudin, 2009).
Sperma afkir ialah sperma sisa dari semen straw.Sperma yang telah di sebutkan ditampung di intern termos yng berisi nitrogen cair menjdai bahan pendingin yang dengannya teknik pendinginan kriogenik.Semen bisa disimpan pada suhu5°C (cooler) distribusi atau bisa juga dikatakan bakal melindungi fisiologis sperma sebelum dianalisa.pH pun memberi pengaruh kualitas sperma distribusi atau bisa juga dikatakan bakal bertahan hidup lama, misalnya di lakukan penambahan aneka macam unsur ke intern semen yang telah di sebutkan (Murtidjo, 1993).
Ciri dari spermatozoon yng punya bentuk normal merupakan punya struktur yng lengkap distribusi atau bisa juga dikatakan bakal menjaga muatan genetis yng dibawanya. Dasarnya memang, sperma punya bagian-bagian yng masing-masing punya fungsi yng mendukung proses fertilisasi bisa berlangsung. Bagian-bagian yang telah di sebutkan terbagi pada 3 bagian utama, yakni: kepala, leher serta ekor. Kepala sperma pada kambing makin panjang daripada sperma yng ada pada kita-kita (Siciliano, 2008).
Sperma ialah kromosom genetic jantan yng bersifat lemah menjadikan hidupnya Amat bergantung dari cadangan makanan. Dalam proses inseminasi buatan, daya tahan sperma Perlu benar-benar diperhatikan. Langkah yng bisa diambil distribusi atau bisa juga dikatakan bakal menaikan daya tahan sperma merupakan vagina buatan Perlu memenuhi persyaratan, baik kehangatan, kelicinan maupun tekanannya. Sperma pun Perlu terlindung dari sinar matahari agar bisa gerakannya tak terlalu bersemangat, serta pejantan yng diambil spermanya Perlu memenuhi persyaratan genetic serta kesehatannya yang dengannya frekuensi pengambilan 2-3 kali seminggu (Sugeng, 1985).
B. Evaluasi Sperma Pendapat dari Chenoweth (2005), distribusi atau bisa juga dikatakan bakal mendapatkan berita perihal kesuburan, memperkirakan kemampuan produksi semen seekor pejantan maka evaluasi semen penting di lakukan, lantaran kualitas semen punya korelasi yng tinggi terhadap fertilitas seekor pejantan. Evaluasi semen meliputi pengamatan secara umum, yakni gambaran keseluruhan semen (makroskopis), volume, warna, serta konsistensi. Selain itu butuh di lakukan pemeriksaan makin mendetail (mikroskopis), meliputi morfologi sel sperma, konsentrasi, motilitas, serta prosentase sperma hidup (Salisbury et al., 1978).
Penilaian secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi (kekentalan) serta pH. Volume semen kambing PE berkisar tengah 0,8±1,2 cc (Suwarso, 1999), volume ini tergolong tinggi dibandingkan hasil penelitian Devendra (1982) yng membuat laporan bahwasanya volume semen kambing PE rata-rata perejakulasi 0,81 cc. Warna serta konsistensi (kekentalan) semen dipengaruhi oleh konsentrasi spermatozoa, dimana makin tinggi konsentrasi spermatozoa maka warna semen bakal makin keruh serta bakal makin kental. Derajat keasaman (pH) Amat memberi pengaruh daya tahan hidup spermatozoa. Perubahan pH penyebabnya yaitu oleh metabolisme spermatozoa intern keadaan anaerob yng menghasilkan asam laktat yng makin meningkat. Semen yng punya kualitas baik menyandang pH tiada banyak asam (Bearden serta Fuquay, 1984), yakni makin kecil dari 7,0 yang dengannya rata-rata 6,7.
Penilaian semen secara mikroskopis meliputi gerakan masa, gerakan individu (motilitas), konsentrasi serta abnormalitas spermatozoa. Gerakan masa semen kambing nampak makin cepat, tebal serta hitam dibandingkan yang dengannya gerakan masa semen sapi maupun domba. Semen yng tiada jelek alias bagus, pada pengamatan di bawah mikroskop, bakal memberikan tampilan kumpulan sperma bergerak bergerombol intern jumlah besar menjadikan membentuk gelombang ataupun awan yng bergerak. Memberikan gambaran perihal kualitas semen intern empat kategori (Toelihere, 1993). Gerakan masa semen kambing PE terlihat gelombang besar, hitam serta cepat punya skor 3+ (Amat baik) (Suwarso, 1999).
C. Motilitas Sperma Motilitas ialah satu dari sekian banyaknya ciri yng mencolok pada sperma, serta dijadikan patokan ataupun cara paling simpel intern penilaian semen distribusi atau bisa juga dikatakan bakal inseminasi. Motilitas sperma menyandang korelasi yng tinggi yang dengannya tigkat fertilitas serta Amat penting pengertiannya pada era pembuahan (White, 1974 serta Toelihere, 1993).
Motilitas ialah satu dari sekian banyaknya kriteria penentu kualitas semen yng dilihat dari banyaknya spermatozoa yng motil progresif dibandingkan yang dengannya seluruh spermatozoa yng ada intern satu pandang mikroskop. Pendapat dari Evans serta Maxwell (1987) terdapat tiga tipe pergerakan spermatozoa yakni pergerakan progresif (maju ke depan), pergerakan rotasi (gerakan berputar) serta osilator ataupun konvulsif tanpa pergerakan ke depan ataupun perpindahan posisi. Skala prosentase pergerakan dari 0 sampai 100 ataupun 0 sampai 10 ialah penilaian standar distribusi atau bisa juga dikatakan bakal mencapai tujuan bersama.
Penentuan kualitas semen didasari motilitas spermatozoa yang dengannya nilai 0 sampai 5 yaitu: (0) spermatozoa imotil ataupun tak bergerak; (1) gerakan berputar ditempat; (2) gerakan berayun ataupun melingkar, tiada makin dari 50% bergerak progresif; (3) tengah 50 - 80% spermatozoa bergerak progresif; (4) pergerakan progresif yng gesit yang dengannya 90% sperma motil serta nilai (5) gerakan Amat progresif menunjukan 100% motil bersemangat (Toelihere, 1993).
Pemeriksaan motilitas sperma ialah satu-satunya cara penentuan kualitas semen sesudah pengenceran. Motilitas sperma kambing pada biasanya berkisar tengah 75% sampai yang dengannya 85%, namun pasaran yang telah di sebutkan tak bagai patokan lantaran sebagian jenis kambing menyandang motilitas sperma di bawah pasaran yang telah di sebutkan. Meskipun demikian kambing yang telah di sebutkan masih bisa digolongkan ke intern jenis kambing yng menyandang motilitas sperma cukup baik. Motilitas sperma kambing kacang 84,91% (Soeparna, 1994) serta kambing PE 78,13% (Suwarso, 1999). Faktor - faktor yng memberi pengaruh motilitas sperma merupakan metode penampungan semen, lingkungan, penanganan serta perawatan semen sesudah penampungan, interval tengah penampungan serta evaluasi semen, macam macam pejantan serta macam macam musim (Evans serta Maxwell, 1987).
D. Abnormalitas Sperma Proses pembentukan spermatozoa disebut spermatogenesis. Proses ini mencakup pembelahan mitosis sel spermatogenik, yng menghasilkan sel induk alternatif serta sel spermatogenik lain yng alhasil menghasilkan spermatosit primer serta spermatosit sekunder. Baik spermatosit primer maupun sekunder mengalami pembelahan meiosis yng mengurangi jumlah kromosom serta DNA. Pembelahan spermatosit sekunder menghasilkan sel yakni spermatid yng menyandang kandungan 23 kromosom tunggal (22+X serta 22+Y). Spermatid tak mengalami pembelahan makin lanjut, namun berganti bagai sperma menggunakan suatu proses yng disebut spermiogenesis (Eroschenko, 2010).
Spermatozoa terbagi pada bagian kepala yng di lindungi akrosome, leher, serta ekor yng berdaya gerak namun tak mampu membelah diri. Bagian ekor spermatozoa Amat menunjang pergerakan spermatozoa. Pada bagian ini di jumpai tiada segelintir mitokondria yng berperan menjdai sumber energi distribusi atau bisa juga dikatakan bakal pergerakan. Energi yng dibutuhkan intern bentuk ATP. Energi yng dikeluarkan memicu terjadinya 2 jenis gerakan. Pertama gerakan bergelombang ke ujung ekor( semakin ke ekor makin lemah). Kedua gerakan yng bersifat sirkuler namun arahnya melingkari batang tubuh bagian tengah terus ke ujung ekor. Kedua gerakan ini memicu spermatozoa bisa bergerak ke depan (Tim fisiologi veteriner I FKH Unsyiah, 2014).
Spermatozoid/sel sperma/ spermatozoa berguna benih serta mahluk hidup ataupun sel dari system reproduksi jantan. Sperma lazimnya berwarna putih keabuan lumayan keruh, atu tiada banyak kekuningan. Ph nya 7,2 sampai 7,7 lantaran sperma bersifat basa (Sularto, 2009). McPake serta Pennington (2009), mengelompokkan abnormalitas intern dua katagori, yakni primer (yng meliputi abnormalitas kepala serta bentuk midpiece, abnormalitas midpiece serta tightly coiled tails) serta sekunder (kepala normal yng terputus, droplet serta ekor yng membengkok).
Pendapat dari Chenoweth (2005), abnormalitas spermatozoa terbagi intern dua katagori, yaitu didasari sekuen proses pembentukan spermatozoa (primer serta sekunder) serta didasari dampaknya distribusi fertilitas. Katagori kerusakan spermatozoa bersifat primer merupakan yng terlaksana pada era spermatogenesis, sedangkan sekunder andai kejadiannya sesudah spermiasi. Pengelompokkan kelainan mayor serta minor didasarkan pada dampaknya terhadap fertilitas jantan yang telah di sebutkan. Kelainan mayor bakal berdampak besar pada fertilitas, sebaliknya kelainan yng bersifat minor dampaknya kecil pada fertilitas.
E. Life and Dead Peningkatan kualitas sperma beku Amat ditentukan oleh pemrosesan spermatozoa dari era penampungan, pengenceran sampaidengan dibekukan. Bahan pengencer spermatozoa berfungsi distribusi atau bisa juga dikatakan bakal memperbanyak volume, menjaga spermatozoa terhadap cold shock, sumber nutrisi, mencegah pertumbuhan kuman serta mempertahankan tekanan osmotik serta keseimbangan elektrolit (Partodiharjo, 1992).
Daya tahan hidup spermatozoa intern semen yng diencerkan diantaranya dipengaruhi oleh jenis pengencer yng terdiri pada pengencer anorganik (bahan kimia semisal Tris, Na-Sitrat, Na-fosfat serta lain-lain) serta pengencer organik (bahan alami semisal minuman susu, santan kelapa, serta minuman kelapa) (Hawk, 1965).
Dasar pembedaan sperma hidup serta mati merupakan permeabilitas membran. Dijelaskan makin lanjaut bahwasanya sperma mati menyandang permeabilitas membran lipoprotein pada kepala sperma makin tinggi daripada makin tinggi daripada sperma hidup, menjadikan sperma mati gampang menyerap zat pewarna. Zat pewarna eosin memberikan warna merah pada sperma mati, sedangkan zat pewarna nigrosin bakal memberikan latar belakang biru hitam ( Hafez, 1985).
Pengamatan hidup mati spermatozoa ataupun viabilitas bisa di lakukan yang dengannya metode pewarnaan diferensial mempergunakan zat warna eosin saja ataudengan kombinasi eosin-nigrosin. Eosin merupakan zat warna khusus distribusi atau bisa juga dikatakan bakal spermatozoa, sedangkan nigrosin cuma dipakai distribusi atau bisa juga dikatakan bakal pewarnaan dasar distribusi atau bisa juga dikatakan bakal membuat mudah melihat perbedaan tengah spermatozoa yng berwarna serta tak berwarna. Prinsip metode pewarnaan eosin-nigrosin merupakan terjadinya penyerapan 15 zat warna eosin pada spermatozoa yng mati pada era pewarnaan tersebutdilakukan. Hal ini terlaksana lantaran membran pada spermatozoa yng mati tak permeabel terhadap zat warna ataupun punya afinitas yng rendah menjadikan memicu spermatozoa yng mati berwarna merah (Toelihere, 1993).
F. Vaginal Smear Vagina ialah saluran terdepan system pembiakan betina, tengah vestibule genitalia luar serta cervix. Dinding terdiri dari 3 lapis, yakni mukosa, otot polos, serta jaringan ikat (adventitia). Lapisan mukosa terdiri dari epitel serta lamina propia. Sel epitel sebagian lapis serta terluar menggepeng, intern keadaan normal lapisan epitel ini tiada menanduk pada Primata, namun menanduk pada Rodentia. Pada Rodentia sel-sel epitel menanduk ini dijumpai waktu di lakukan usapan vagina. Vagina tak punya kelenjar menjadikan yng membasahi vagina bersumber dari lendir cervix, cuma di vestibule genitalia luar terdapat kelenjar. Lamina propia kaya bakal pembuluh darah, rangsangan sex waktu coitus darah ini sumber cairan yng membasahi vagina (Yatim, 1982).
Metode vaginal smear mempergunakan sel epitel serta sel lukosit menjdai bahan identifikasi. Sel epitel ialah sel yng terdapat atau terletak di permukan vagina, menjadikan andaikan terlaksana perubahan kadar estrogen maka sel epitel ialah sel yng paling awal di kenai akibat dari perubahan yang telah di sebutkan. Sel leukosit ialah sel antibodi yng terdapat di seluruh bagian individu. Sel leukosit di vagina berfungsi membunuh bakteri serta kuman yng bisa merusak ovum. Sel epitel berbentuk oval ataupun polygonal, sedangkan sel leukosit berbentuk bulat berinti (Nalbandov, 1990).
Pengaturan estrus dipengaruhi oleh hormon gonadotropin yng lantas memberi pengaruh produksi hormon estrogen serta progesteron didasari aktifitas ovarium. Estradiol yng diproduksi dari aktifitas gelombang folikel ovarium selama fase luteal siklus estrus. Efek estrogen pada poros hipotalamus- hipofisa intern ketidakhadiran progesterone menaikan sekresi LH ke intern peredaran darah memicu ovulasi (Gordon, 1994). Hormon progestron berangkat meningkat sesudah ovulasi yang dengannya terbentuknya corpus luteum (CL), dimana hal yang telah di sebutkan menandakan bahwasanya hewan berada intern fase luteal. Fluktuasi hormon bakal berpengaruh terhadap gambaran sel epitel vagina. Pada fase luteal (pengaruh hormon progesteron), hewan tak estrus terdapat sel parabasal, sedangkan memasuki fase estrus (pengaruh hormone estrogen) sel epitel berganti bagai sel superfisial serta kornifikasi yng menandakan hewan intern keadaan puncak estrus (Boume, 1990).
Pengamatan histologi sel epitel dinding vagina ialah parameter yng akurat distribusi atau bisa juga dikatakan bakal mendeteksi estrus pada ternak. Perubahan morfologi sel epitel dinding vagina dipengaruhi oleh hormon. Pada fase luteal, sel epitel dari dinding vagina bakal didominasi oleh sel parabasal, sedangkan memasuki fase estrus sel epitel berganti bagai sel superfisial serta sel tanduk yng menandakan hewan intern keadaan puncak estrus (Nalley et al., 2011). Pada fase estrus, hormon estrogen bakal menaikan keaktifan dinding uterus, memicu hipersekresi serta keratinisasi sel-sel epitel uterus serta vagina menjadikan sel yng terikut intern analisis merupakan sel-sel superfisial (Najamudin et al., 2010).
Sel epitel pada era estrus didominasi oleh sel-sel superfisial yng punya bentuk poligonal ataupun tak beraturan, ukuran nukleus yng besar secara perlahan-lahan bakal mengecil namun terdapat kornifikasi pada hasil preparat. Selama fase proestrus kornifikasi naik 10% per hari sampai memasuki fase estrus kornifikasi mencapai puncak yaitu 100%, tatkala sel parabasal serta intermediate tak didapati. Pada fase metestrus leukosit berada di kira-kira lumen serta terdapat tiada banyak kornifikasi yng turun sampai-sampai 50% sesudah fase estrus (Ola et al., 2005). Johnston serta Olson et al. (2001) membuat laporan bahwasanya, pada fase metestrus sel-sel intermediate punya sitoplasma di sudut malah tak berinti. Histologi dari smear vagina menampakkan suatu kejadian kehadiran sel-sel yng bergeser dari sel-sel parabasal ke sel-sel superfisial. Sel intermediate merupakan tipe sel vagina yng paling tua dari sel parabasal namun makin muda dari sel superficial. Fase diestrus sel epitel vaginanya didominasi oleh sel parabasal. Sel parabasal ini berbentuk bulat serta oval, menyandang bagian nukleus yng makin besar daripada sitoplasma yng umumnya nyata tebal. Sel epitel ini tiada segelintir dijumpai era ternak berada intern fase diestrus serta awal anestrus serta tak didapati pada awal proestrus serta tak terdapat selama masa estrus.
BAB III. MATERI DAN METODE
A. Motilitas Sperma 1. Materi a. Straw jenis sapi Limousin b. Mikroskop c. Objekglass d. Decglass e. Gunting f. Nampan g. Air 2. Metode a. Mengambil straw di intern tabung nitrogen b. Memasukkan straw ke intern nampan yng berisi minuman (menetralkan sesuia suhu tubuh). c. Menggunting ke dua ujung straw serta meneteskan sperma di pada objekglass yng lantas menutupnya yang dengannya decglass. d. Mengamati di bawah mikroskop serta menulis hasil nya.
B. Abnormalitas Sperma 1. Materi a. Straw jenis sapi Limousin b. Mikroskop c. Objekglass d. Decglass e. Gunting f. Nampan g. Air
2. Metode a. Mengambil semen (straw) dari tabung Container. b. Memasukkan semen ke intern wadah minuman lantas menggunting ujung semen (straw) lalu bagian ujung ditutup yang dengannya jari. c. Semen dikeluarkan lantas di tampung di pada objek glass. d. Mengamati di mikroskop serta menghitung persentase Sperma Normal Serta Abnormal.
C. Life and Dead 1. Materi a. Straw jenis sapi Limousin b. Mikroskop c. Objekglass d. Decglass e. Gunting f. Nampan g. Air 2. Metode a. Mengambil semen (straw) dari tabung Container. b. Memasukkan semen ke intern wadah minuman lantas menggunting ujung semen (straw) lalu bagian ujung ditutup yang dengannya jari. c. Semen dikeluarkan lantas di tampung di pada objek glass. d. Mengamati di mikroskop serta menghitung persentase Sperma hidup serta sperma mati.
D. Vaginal Smear 1. Materi a. Mikroskop cahaya b. Gelas objek c. Gelas penutup d. Cotton bud e. Sel epitel vagina sapi betina f. Larutan Giemsa g. Methanol h. Aquadest 2. Metode a. Sampel usapan vagina diambil pada lokasi kira-kira 2 cm dari vulva mempergunakan kapas steril (cotton bud). b. Hasil usapan lantas diletakkan di pada object glass serta diapus. c. Melakukan pengecatan yang dengannya cara memasukkannya ke intern larutan Giemsa selama 20 menit, preparat dimasukkan ke intern Methanol I serta Methanol II, masing-masing selama dua menit, dicuci sebagian era yang dengannya aquadest. d. Sesudah preparat selesai dibuat, preparat sel epitel vagina ternak sapi yang telah di sebutkan diamati yang dengannya mempergunakan mikroskop pembesaran obyektif 40 kali.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ---------------------- BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ----------------------- DAFTAR PUSTAKA ----------------------
Lantaran terlalu tiada segelintir isi nya, distribusi atau bisa juga dikatakan bakal memperoleh Laporan BIOTEKNOLOGI ini secara lengkap silahkan download link di bawah ini, GRATISS kok DOWNLOAD


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROLAPSUS UTERI (BROYONG) PADA TERNAK

CARA PEMOTONGAN KUKU (HOOVES TRIMMING) PADA TERNAK

LAPORAN PRAKTIKUM SELEKSI TERNAK KAMBING