Makalah Pembuatan Briket Dari Kotoran Ternak
Makalah Pembuatan Briket Dari Kotoran Ternak selaku pilihan yang bagus buat kalian yang pengen mencari solusi keterangan mengutip. Beberapa keterangan lainnya bisa kalian dapatkan disini seraya baik.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah ternak seimbang sisa buangan dari suatu kegiatan bisnis peternakan semisal bisnis pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produksi ternak serta lain-lain. Limbah yang telah di sebutkan meliputi limbah padat serta limbah cair semisal feses. Sumber energi pengganti yng bisa diperbaharui di Indonesia cukup enggak kecil, di antaranya merupakan bahan-bahan limbah rganik. Limbah organik memiliki potensi yng cukup besar merupakan kotoran ternak, yng bisa dimanfaatkan selaku briket yang dengannya kualitas yng baik atau makin ekonomis.
Limbah peternakan seimbang bahan-bahan yng enggak makin berharga. Walaupun demikian, bila ditangani yang dengannya baik hendak selaku bahan-bahan yng berguna. Pada praktikum Ilmu serta Teknologi Pengolahan Hasil Ikutan Ternak hendak dilaksanakan pembuatan briket limbah ternak, menjadikan hendak diketahui penanganan hasil ikutan serta limbah peternakan selaku bahan yng makin berharga.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) seimbang satu dari sekian banyaknya pengganti yng benar paruh atau bisa juga dikatakan hendak mengatasi kelangkaan bbm minyak. Limbah ternak seimbang sisa buangan dari suatu kegiatan bisnis peternakan semisal bisnis pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produksi ternak serta lain – lain. Limbah yang telah di sebutkan meliputi limbah padat serta limbah cair semisal feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, serta isi rumen.
Dalam konteks itu pemantaan kotoran ternak menjdai sumber energi (bbm) seimbang satu dari sekian banyaknya pengganti paruh atau bisa juga dikatakan hendak mengurangi penggunaan minyak tanah serta kayu paruh atau bisa juga dikatakan hendak keperluan keluarga. Dari kotoran ternak bisa diperoleh 2 jenisbahan bakar yakni (gas bio) serta briket. Kendala pembuatan briket yng secara tradisional merupakan pada alatnya. Alat pembuat briket yng modern pasti Amat enggak murah. Oleh lantaran itu penting sekali paruh kita paruh atau bisa juga dikatakan hendak mampu menciptakan briket kotoran ternak beserta perangkat pencetaknya yng simpel.
B. Rumusan Masalah 1. Apa itu briket kotoran ternak ? 2. Alat apa yng dipakai paruh atau bisa juga dikatakan hendak pembuatan briket kotoran ayam broiler ? 3. Bagaimana cara pembuatan briket kotoran ayam broiler ? 4. Apa keunggulan serta kelemahan dari briket kotoran ayam broiler ?
C. Tujuan 1. Mengetahui cara pembuatan briket kotoran ternak 2. Mengetahui apa itu briket 3. Mengetahui keunggulan serta kelemahan penggunaan brike
II. TINJUAN PUSTAKA
A. Pengertian Briket Kotoran Ternak Briket sendiri merupakan sumber energi pengganti alternatif Minyak Tanah serta Elpiji dari bahan-bahan bekas, sampah maupun limbah-limbah pertanian yng tak terpakai serta diolah. Selain penghasil gas, bio, kotoran ternak pun bisa menghasilkan briket kotoran ternak. Limbah peternakan bisa dimanfaatkan paruh atau bisa juga dikatakan hendak banyak sekali kebutuhan, apalagi limbah yang telah di sebutkan bisa diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih menyandang kandungan nutrisi ataupun zat padat yng potensial paruh atau bisa juga dikatakan hendak dimanfaatkan. Limbah ternak kaya hendak nutrient (zat makanan) semisal protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba ataupun biota, serta zat-zat yng lain (unidentified subtances). Limbah ternak bisa dimanfaatkan paruh atau bisa juga dikatakan hendak bahan makanan ternak, pupuk organik, energi serta media berbahai tujuan (Sihombing, 2000).
B. Alat yng Dipakai paruh atau bisa juga dikatakan hendak Pembuatan Briket
Penggunaan kotoran ternak menjdai bahan pembuatan briket tak saja menjdai seimbang cara pemanfaatan energi yng makin baik hendak tetapi pun bisa mengurangi pencemaran lingkungan yng ditimbulkan oleh kotoran ternak. Alat cetak briket manual memilki fungsi mencetak briket dari bahan oganik, semisal kotoran Sapi , limbah pertanian yng menyandang kandungan karbon tinggi semisal: sekam, serbuk gergaji, jerami, daun-daunan, serbuk arang, serbuk batubara, arang biomasa, serta arang sekam. Menjdai bbm keluarga di daerah pedesaan yang dengannya hasil cetakan berbentuk silinder (Zuhdi, 2011).
Screw conveyor yng ada di internal perangkat pencetak briket modern berfungsi paruh atau bisa juga dikatakan hendak mengalihkan material/adonan. Lantas di lakukan pemotongan menjadikan menghasilkan suatu briket yng diharapkan (Gale, 1995). Pada suatu studi dlakukan penelitian mengenai masalah perubahan struktur makromolekul briket pada tungku pengepresan perangkat pembuatan briket, serta memberikan kesimpulan bahwasanya pengepresan baiknya di lakukan pada kemiringan 90°C Ndaji dkk. (1997).
Alat pencetak briket Amat penting dam proses pembuatan briket. Pengaruh terbesar terdapat atau terletak pada kepadatan serta stuktur briket. Struktur briket ataupun bentuk dari briket internal proses pencetakan berpengaruhnya terhadap pembakaran. (Liu 2000). Rancang bangun perangkat pencetak briket yang dengannya skala ukuran 1:10. Bahan- bahan yng dipakai merupakan kayu. Rancang bangun perangkat pengering briket yang dengannya drum bekas. Tungku dirancangdengan mempergunakan pengudaraannya makin baik. Bahan tungku merupakan tanah liat (Herbawamurti, 2005).
Limbah peternakan bisa dimanfaatkan paruh atau bisa juga dikatakan hendak banyak sekali kebutuhan, apalagi limbah yang telah di sebutkan bisa diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih menyandang kandungan nutrisi ataupun zat padat yng potensial paruh atau bisa juga dikatakan hendak dimanfaatkan. Limbah ternak kaya hendak nutrient (zat makanan) semisal protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba ataupun biota, serta zat-zat yng lain (unidentified subtances). Limbah ternak bisa dimanfaatkan paruh atau bisa juga dikatakan hendak bahan makanan ternak, pupuk organik, energi serta media berbahai tujuan (Sihombing, 2002).
Bagi atau bisa juga dikatakan hendak mengatasi kelangkaan bbm butuh dicari sumber energi pengganti agar kebutuhan bbm bisa dipenuhi tanpa merusak lingkungan. Satu dari sekian banyaknya bbm pengganti ini sebenarnya bisa dibuat dari kotoran ayam broiler yng telah bercampur yang dengannya litter. Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) seimbang satu dari sekian banyaknya pengganti yng benar paruh atau bisa juga dikatakan hendak mengatasi kelangkaan bbm minyak. Limbah ternak seimbang sisa buangan dari suatu kegiatan bisnis peternakan semisal bisnis pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produksi ternak serta lain – lain. Limbah yang telah di sebutkan meliputi limbah padat serta limbah cair semisal feses,urine,sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, serta lain-lain. Dalam konteks itu pemanfaatan kotoran ternak menjdai sumber energi (bbm) seimbang satu dari sekian banyaknya pengganti paruh atau bisa juga dikatakan hendak mengurangi penggunaan minyak tanah serta kayu paruh atau bisa juga dikatakan hendak keperluan keluarga (Sofyadi, 2003).
Pemanfaatan kotoran ternak bisa diperoleh 2 jenis bbm yakni biogas serta briket. Di India yang dengannya adanya tinja sapi sebanyk 5 kg perekor serta kerbau 15 kg perekor, oleh pemerintah India disarankan paruh atau bisa juga dikatakan hendak dihasilkannya dung cake (briket) secara massal menjdai sumber energi (Nurtjahya, 2003).
III. PEMBAHASAN
A. Kajian Teori 1. Kemampuan Menangani Kotoran serta Alas Sangkar a. Kotoran serta Alas Sangkar Kotoran serta alas sangkar seimbang limbah dari kegiatan budidaya ternak ayam pedaging. Kotoran sangkar berupa tinja ayam, pakan yng tercecer / tumpah. Peternak mempergunakan alas sangkar yng dikenal yang dengannya istilah litter. Tujuan pemberian litter merupakan menyerap cairan yng tumpah ataupun dari tinja ayam yng basah serta mengurangi kontak ayam yang dengannya kotoran (Anonim, 2007). Manajemen litter pada ayam pedaging merupakan satu dari sekian banyaknya faktor penting yng Perlu diperhatikan, lantaran selama hidupnya ayam berada di buat litter yng bercampur yang dengannya kotoran.
Sebagian besar peternak mempergunakan sekam menjdai alas sangkar. Adapun seputar jenis bahan yng bisa dipakai menjdai alas sangkar lain-lainnya merupakan: jerami yng sudah dipotong kecil, serutan kayu (Fadilah, 2005).,Para ahli merekomendasikan ketebalan litter 7-10 cm, bergantung kondisi lingkungan serta musim. Umumnya andai ketebalan litter enggak makin dari 7 cm Suka menghasilkan alas sangkar gampang menggumpal menjadikan enggak kecil waktu yng dibutuhkan paruh atau bisa juga dikatakan hendak membuang gumpalan yang telah di sebutkan. Andai tak segera dibuang kondisi yang telah di sebutkan mampu menyandang efek negatif yng besar pada performance, kebugaran atau kesehatan serta internal budidaya (Anonim, 2007).
Pada akhir pemeliharaan ayam pedaging, biomassa litter bertambah enggak kecil lantaran bercampur yang dengannya tinja serta sisa pakan yng tumpah. Selama pemeliharaan ayam pedaging setiap ekor ayam menghasilkan kotoran serta alas sangkar 1,75 kg. Yang dengannya populasi ayam yng ada di di Kabupaten Klaten pada tahun 2007 sebanyk 250 ribu ayam pedaging / bulan maka internal satu tahun populasi ayam selaku 3.000.000 ekor menjadikan jumlah kotoran serta alas kadang yng diperoleh 5,25 juta kg (Djuriono, 2008).
Kotoran serta alas sangkar biasanya dijual yang dengannya harga 750 rupiah per karung ( setara 25 kg). Pada musim hujan bahan yang telah di sebutkan Suka tak laku dijual menjadikan enggak kecil peternak yng menangkap jalan pintas paruh atau bisa juga dikatakan hendak mengeluarkan kotoran kandangnya yang dengannya cara membuang di sembarang tempat ataupun dibakar.
Di internal silabus kejuruan, dijelaskan bahwasanya indikator dari kompetensi dasar mempersiapkan perlengkapan meliputi : 1) Perlengkapan yng dipakai paruh atau bisa juga dikatakan hendak kerja diidentifikasi; 2) Perlengkapan yng sudah diidentifikasi dipersiapkan sesuai jumlah serta posisi yng memungkinkan kerja secara efisien; 3) Perlengkapan diperiksa fungsinya, serta andaikan terlaksana ketidak normalan fungsi dilaporkan, atau andaikan bisa jadi di lakukan perbaikan seperlunya; 4) Mungkin bahaya kerja diidentifikasi serta dimungkinkan paruh atau bisa juga dikatakan hendak dicari teknik yng makin bahagia.
Indikator dari kompetensi dasar melakukan penanganan kotoran serta alas sangkar meliputi : 1) Pengumpulan kotoran di lakukan sesuai yang dengannya prosedur; Kotoran ataupun alas sangkar ditempatkan pada tempat yng sudah disediakan; 2) Kotoran dimasukkan internal perangkat angkut sesuai yang dengannya prosedur yng sudah ditetapkan; 3) Kotoran serta alas sangkar dibuang yang dengannya mem-perhatikan kenyamanan lingkungan. Indikator dari kompetensi dasar melakukan pemeriksaan meliputi: 1) Lembar isian pekerjaan diisi serta dilaporkan kepada atasan paruh atau bisa juga dikatakan hendak tujuan pemeriksaan pekerjaan; 2) Beberapa penyimpangan didiskusikan yang dengannya tim kerja serta dilaporkan kepada atasan.
Di internal Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dijelaskan bahwasanya penerapan kebugaran atau kesehatan serta keselamatan kerja (K3) pada standar kompetensi menangani kotoran serta alas sangkar merupakan: 1) :System serta prosedur paruh atau bisa juga dikatakan hendak menjaga bahaya gas serta debu organik; 2) System serta prosedur penanganan keamanan secara manual; 3) Seleksi penggunaan serta perlengkapan pakaian atau perlengkapan pelindung yng sesuai; 4) System serta prosedur keamanan paruh atau bisa juga dikatakan hendak mencegah bahaya kerja di sangkar; 5) Berat beban perlengkapan serta muatannya tak boleh melebihi standar K3
Perlengkapan keamanan yng sesuai internal menangani kotoran serta alas sangkar meliputi: sepatu boot, topi, overall, sarung tangan, kaca indra penglihat pelindung, pelindung rambut, masker serta system pelindung terhadap gas organik.
Berita yng Perlu dicatat disaat melakukan kegiatan menangani kotoran serta alas sangkar renggangan lain: 1) Kondisi kotoran ataupun alas sangkar; tanggal, waktu, temperatur , kelembaban, kecepatan aliran udara serta periode kegiatan internal sangkar; 2) Keberadaan unggas mati yng tertinggal; 3) Keberadaan telur yng pecah pada alas sangkar; 4) Keberadan pakan serta cairan minum yng tercecer/tumpah
Situasi yng Perlu diamati disaat melakukan kegiatan penanganan kotoran serta alas sangkar merupakan kondisi kotoran ataupun alas sangkar yng mengganggu kebugaran atau kesehatan unggas, misalnya: bau yng menyengat lantaran kandungan amoniak yng tinggi, suhu serta kelembaban sangkar yng terlalu tinggi.
Sejumlah perlengkapan diharapkan internal menangani kotoran serta alas sangkar. Perlalatan itu dipakai paruh atau bisa juga dikatakan hendak membersihkan serta melindungi higienis sangkar, mengangkut kotoran serta mengelola limbah.
Sedangkan ketrampilan yng diharapkan meliputi: 1) Mengenali yang dengannya gampang kotoran unggas sehat serta sakit 2) Mengamati serta mengenali atau menginterpretasikan kondisi sangkar yng sehat 3) Mengenali yang dengannya gampang alas sangkar yng telah saatnya diganti 4) Melaksanakan kegiatan pengumpulan kotoran serta alas sangkar atau melakukan pembuangan sesuai yang dengannya prosedur perusahaan 5) Mengamati, mengidentifikasi, serta peka terhadap keadaan lingkungan 6) Memonitor serta menulis suhu, waktu, kelembaban serta kondisi sangkar
Pada bulan Juli tahun 2008, Program Keahlian Unggas SMK N 1 Trucuk sudah menghasilkan cara mengolah kotoran serta litter (alas sangkar) selaku bbm Hasil nya menunjukan bahwasanya bbm yang dengannya bahan baku litter bekas kotoran sangkar ayam (LBKKA) cukup prospektif menjdai alternatif briket batubara, LPG (berkaitan yang dengannya penghangat putri ayam) serta minyak tanah (Djuriono, 2008).
Proses pengolahan LBKKA selaku briket arang menggunakan seputar tahap sebagaimana kasatmata pada Gambar 2. Kegiatan diawali dari pengumpulan kotoran serta alas sangkar. Bahan ini diperoleh dari sangkar ayam pedaging yng saja dipanen.
Sesudah bahan terkumpul, maka dilanjutkan pembuatan arang yang dengannya mempergunakan cerobong. Alat ini terdiri dari ruang bakar yng terbuat dari kaleng serta pipa cerobong yng terbuat dari seng. Ruang bakar cerobong diberi bara bara, selanjutnya LBKKA dicurahkan di seputar cerobong
Api internal cerobong hendak menyala serta merambat membakar LBKKA di sekitarnya. Pembakaran berlangsung tanpa memicu bara menjadikan hendak terbentuk arang. Cara ini butuh waktu 3 jam paruh atau bisa juga dikatakan hendak menghasilkan arang . Hasil pembakaran merupakan arang LBKKA Pembuatan arang LBKKA yang dengannya mempergunakan cerobong cukup efisien yang dengannya dayaserap pembakaran mencapai 15kg/jam.
Langkah selajutnya merupakan menghancurkan arang selaku serbuk/tepung yng halus. Alat yng dipakai paruh atau bisa juga dikatakan hendak menggerus/ menumbuk merupakan berupa gilingan tepung yng berteagakan engine ataupun perangkat penumbuk simpel berupa penumbuk (misaal lesung serta alu penumbuk beras). Arang yng sudah diolah lantas disaring yang dengannya saringan yng lembut. Pada pembuatan briket arang dibutuhkan bahan perekat agar bisa tak gampang hancur. Bahan perekat yng biasa dipakai bisa berupa: lumpur tanah, pati dari ubi kayu (aci) serta tetes. Bagi atau bisa juga dikatakan hendak menghasilkan briket arang yng kualitasnya baik paruh industri keluarga yang dengannya tekanan tekannya > 50kg/cm3 serta komposisi adonan arang 88%, serbuk molase 12 % dari jumlah (Djuriono, 2008).
Briket sebanyk 1 kg yang dengannya campuran aci /tetes 12% disaat dibakar bisa bertahan selama 2 jam. Semakin enggak kecil persentase perekat pada briket arang, semakin kuat tekstur briket menjadikan makin tahan pecah, hendak tetapi biaya pembuatannya makin enggak murah. Macam-macam perangkat pencetak briket sudah dikembangkan tiba dari perlengkapan yng simpel sampai yang dengannya perlengkapan yng mempergunakan teknologi tinggi. Semisal perangkat yng dipakai paruh atau bisa juga dikatakan hendak mencetak briket renggangan lain : Pencetak Briket Simpel; Mesin Pencetak Briket Model Pegas; Mesin Briket Semi-Motorik; Mesin Pencencetak Briket Vertikal; Mesin Pencetak Briket Horisontal. a. Pencetak briket Simpel Pencetak briket Simpel terdiri dari: Bantalan, penumbuk, pencetak serta penekan.
Langkah 1: Alat pencetak diletakkan di buat bantalan, lantas adonan arang dimasukkan ke dalamnya. Langkah 2: Mengisi besi pencetak denngan adonan arang sampai 2 cm di buat permukaannya. Langkah 3: Adonan dipadatkan yang dengannya besi penumbuk. Langkah 4: Meratakan serta merapikan adonan sampai-sampai rata yang dengannya perangkat pencetak. Langkah 5: Menyiapkan perangkat penekan briket Langkah 6: Pencetak diletakkan benar di buat penekan briket . Langkah 7: Penekan briket ditekan penuh yang dengannya tangan. Langkah 8: Briket keluar dari lubang pencetak. Langkah 9: Briket diambil serta siap dijemur/dikeringkan
a. Mesin Pencetak Briket Model Pegas Alat ini terdiri dari: (1) Tuas Penekan, (2) Pegas Pengendali, (3) Poros Penekan (4) Penekan Briket (5) Pencetak Briket, (6) Rumah Penekan serta (7) Landasan.
Cara pemakaian engine pencetak jenis pegas merupakan menjdai berikut : 1) Tempatkan perangkat pencetak briket pada landasan yng rata, misalnya lantai yng rata, plat seng serta lain-lain semisal gambar di buat. 2) Stel yang dengannya memutar baut penyetel lubang pencetak menjadikan diameternya sesuai/pas yang dengannya penekan. 3) Isi lubang pencetak yang dengannya campuran briket bionergi sampai penuh 4) Tekan tangkai penekan sampai mentok (tak mampu ditekan lagi) 5) Lepas tangka penekan menjadikan ujung poros pelubang sumuran diatas pencetak 6) Angkat unit engine pencetak yang dengannya mengangkat stand/dudukan 7) Kendorkan pencetak yang dengannya memutar baut pemutar 8) Angkat pelan-pelan pencetaknya menjadikan lepas dari briket bioenerginya 9) Lepas batang pelubang ventilasi. 10) Jemur briketnya sampai kering.
b. Mesin Briket Semi Motorik Kapasitas produksi 250 kg/hari; satu unit engine terdiri dari engine penggerus, pencampur serta pencetak. Pada engine penggerus digerakkan ole kendaraan roda dua 1 PK, sedangkan engine pencampur serta engine pencetak sepenuhnya yang dengannya mempergunakan tenaga kita-kita. c. Mesin Pencetak Briket Vertical Mesin ini dirancang paruh atau bisa juga dikatakan hendak bisa mencetak serta menghasilkan Briket dari bahan baku serbuk arang. Adapun spesifikasi dari perangkat yang telah di sebutkan merupakan menjdai berikut: Kapasitas Produksi: s.d 1.000 briket/jam Penggerak Mula: Motor listrik 1,5 HP Muatan: Campuran Serbuk Arang serta binder Ukuran Briket: diamter 5 cm tebal 3 cm Dimensi: Panjang = 60cm; Lebar = 50cm; Tinggi = 63cm Berat: ~ 60 kg
d. Mesin Pencetak Briket Vertical Mesin ini dirancang paruh atau bisa juga dikatakan hendak bisa mencetak serta menghasilkan Briket dari bahan baku serbuk arang. Adapun spesifikasi dari perangkat yang telah di sebutkan merupakan menjdai berikut: Kapasitas Produksi: s.d 1.000 briket/jam. Penggerak Mula: Motor listrik 1,5 HP. Muatan: Campuran Serbuk Arang serta binder. Ukuran Briket: diamter 5 cm tebal 3 cm Dimensi: Panjang = 100cm; Lebar = 50cm; Tinggi = 63cm Berat: ~ 70 kg
3. Penggunaan Teknologi Briket Arang internal Pembelajaran Menangani Kotoran serta Alas Sangkar. Menangani kotoran serta alas sangkar merupakan kompetensi yng Amat erat kaitannya yang dengannya kompetensi membesarkan unggas. Pendekatan pembelajaran yng dipakai merupakan pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi merupakan suatu proses pembelajaran yng perencanaan, pelaksanaan serta penilainnya benar-benar mengacu kepada penguasaan kompetensi oleh peserta (Anonim, 1999). Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan agar segala upaya yng di lakukan internal proses pembelajaran benar-benar mengacu serta mengarahkan peserta paruh atau bisa juga dikatakan hendak mencapai penguasaan kompetensi tertentu.
Beberapa hal yng Perlu diperhatikan internal pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi, renggangan lain: a. Fokus kegiatan pembelajaran merupakan penguasaan kompetensi oleh peserta b. Kondisi proses belajar peserta paruh atau bisa juga dikatakan hendak menguasai kompetensi, Perlu memiliki kesepadanan yang dengannya kondisi dimana kompetensi yang telah di sebutkan hendak dipakai c. Aktifitas belajar peserta bersifat perseorangan. Antara satu peserta yang dengannya peserta lain-lainnya tak ada ketergantungan. Jadi peserta tak diperlakukan secara klasikal. d. Perlu tersedia program pengayaan paruh peserta yng makin cepat serta program perbaikan paruh peserta yng lamban, menjadikan perbedaan irama perkembangan belajar setiap peserta bisa dilayani.
Alokasi waktu 40 jam sesuai yang dengannya tuntutan yng ada pada silabus kejuruan KTSP Program Keahlian Budidaya Ternak Unggas masih dimungkinkan paruh atau bisa juga dikatakan hendak diisi yang dengannya kegiatan pembelajaran yng bersifat menaikan kemampuan siswa yng berkaitan erat yang dengannya pengolahan kotoran serta alas sangkar. Kemampuan yng bisa ditambahkan merupakan mengolah kotoran serta alas sangkar selaku arang briket. Kemampuan yang telah di sebutkan hendak menjadikan siswa mampu mengolah bahan yng sebelumnya cuma dibuang/dijual, selaku barang yng berguna serta menyandang nilai jual tinggi. Disamping itu yang dengannya kemampuan siswa internal mengolah kotoran serta alas sangkar selaku arang briket, maka siswa pun mampu berperan internal mencegah pencemaran lingkungan serta penyebaran penyakit, atau turut membantu pemerintah internal penyediaan bbm yng murah serta terbarukan (renewable).
Tuntutan yng Perlu dipenuhi oleh guru agar bisa menghantarkan siswa mengolah kotoran serta alas sangkar selaku briket arang merupakan mempergunakan serta memanfaatkan teknologi briket arang internal pembelajarannya. Pembelajarannya didesain agar siswa tertarik terhadap materi yang telah di sebutkan.
Motivasi bisa ditumbuhkan menggunakan penyadaran hendak bahaya-bahaya yng timbul akibat kotoran andai tak segera dikelola; Nilai ekonomis kotoran andai dibandingkan yang dengannya nilai briket arang; Mudahnya cara membuat briket, Kesempatan pasar briket arang. Seorang siswa dikatakan mampu mengolah kotoran serta alas sangkar selaku briket andaikan menguasai cara pembuatan arang dari kotoran serta alas sangkar. Selanjutnya ia pun Perlu menguasai cara mengolah arang selaku briket.
DAFTAR PUSTAKA Arhief.2008. Pembuatan Briket. http://arhiefstyle87.wordpress.Com. /2008/04/10 /pembuatan-briket-arangdari-serbuk-gergaji/. Diakses pada hari Rabu, 30 November 2013 pukul 14.00 WIB.
Farida E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi serta Campuran Limbah Organik Lain Menjdai Pakan ataupun Media Produksi Kokon serta Biomassa Cacing Tanah Eisenia foetida savigry. Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi serta Makanan Ternak. IPB. Bogor.
Rita. 2009. Briket Sampah. http://bandarsampah.blogdetik.com. Diakses pada hari Rabu, 30 November 2013 pukul 14.00 WIB.
Rizna.2009. Faktanya kompor BBA. http://sekolahmultiply. multiply. com/journal /item/11. Diakses pada hari Sabtu, 30 November 2013 pukul 19.00 WIB.
Sofyadi, Cahyan. 2003. Konsep Pembangunan Pertanian serta Peternakan Masa Depan. Badan Litbang Departemen Pertanian. Bogor.
Sihombing D.T.H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Bisnis Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.
Soehadji. 1992. Kebijakan Pemerintah internal Industri Peternakan serta Penanganan Limbah Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Wahyu, Arozi. 2011. Pembuatan Briket Arang. Erlangga. Jakarta.
Widodo, Asari, serta Unadi, 2005. Pemanfaatan Energi Biogas Bagi atau bisa juga dikatakan hendak Mendukung Agribisnis Di Pedesaan. Publikasi Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah ternak seimbang sisa buangan dari suatu kegiatan bisnis peternakan semisal bisnis pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produksi ternak serta lain-lain. Limbah yang telah di sebutkan meliputi limbah padat serta limbah cair semisal feses. Sumber energi pengganti yng bisa diperbaharui di Indonesia cukup enggak kecil, di antaranya merupakan bahan-bahan limbah rganik. Limbah organik memiliki potensi yng cukup besar merupakan kotoran ternak, yng bisa dimanfaatkan selaku briket yang dengannya kualitas yng baik atau makin ekonomis.
Limbah peternakan seimbang bahan-bahan yng enggak makin berharga. Walaupun demikian, bila ditangani yang dengannya baik hendak selaku bahan-bahan yng berguna. Pada praktikum Ilmu serta Teknologi Pengolahan Hasil Ikutan Ternak hendak dilaksanakan pembuatan briket limbah ternak, menjadikan hendak diketahui penanganan hasil ikutan serta limbah peternakan selaku bahan yng makin berharga.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) seimbang satu dari sekian banyaknya pengganti yng benar paruh atau bisa juga dikatakan hendak mengatasi kelangkaan bbm minyak. Limbah ternak seimbang sisa buangan dari suatu kegiatan bisnis peternakan semisal bisnis pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produksi ternak serta lain – lain. Limbah yang telah di sebutkan meliputi limbah padat serta limbah cair semisal feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, serta isi rumen.
Dalam konteks itu pemantaan kotoran ternak menjdai sumber energi (bbm) seimbang satu dari sekian banyaknya pengganti paruh atau bisa juga dikatakan hendak mengurangi penggunaan minyak tanah serta kayu paruh atau bisa juga dikatakan hendak keperluan keluarga. Dari kotoran ternak bisa diperoleh 2 jenisbahan bakar yakni (gas bio) serta briket. Kendala pembuatan briket yng secara tradisional merupakan pada alatnya. Alat pembuat briket yng modern pasti Amat enggak murah. Oleh lantaran itu penting sekali paruh kita paruh atau bisa juga dikatakan hendak mampu menciptakan briket kotoran ternak beserta perangkat pencetaknya yng simpel.
B. Rumusan Masalah 1. Apa itu briket kotoran ternak ? 2. Alat apa yng dipakai paruh atau bisa juga dikatakan hendak pembuatan briket kotoran ayam broiler ? 3. Bagaimana cara pembuatan briket kotoran ayam broiler ? 4. Apa keunggulan serta kelemahan dari briket kotoran ayam broiler ?
C. Tujuan 1. Mengetahui cara pembuatan briket kotoran ternak 2. Mengetahui apa itu briket 3. Mengetahui keunggulan serta kelemahan penggunaan brike
II. TINJUAN PUSTAKA
A. Pengertian Briket Kotoran Ternak Briket sendiri merupakan sumber energi pengganti alternatif Minyak Tanah serta Elpiji dari bahan-bahan bekas, sampah maupun limbah-limbah pertanian yng tak terpakai serta diolah. Selain penghasil gas, bio, kotoran ternak pun bisa menghasilkan briket kotoran ternak. Limbah peternakan bisa dimanfaatkan paruh atau bisa juga dikatakan hendak banyak sekali kebutuhan, apalagi limbah yang telah di sebutkan bisa diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih menyandang kandungan nutrisi ataupun zat padat yng potensial paruh atau bisa juga dikatakan hendak dimanfaatkan. Limbah ternak kaya hendak nutrient (zat makanan) semisal protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba ataupun biota, serta zat-zat yng lain (unidentified subtances). Limbah ternak bisa dimanfaatkan paruh atau bisa juga dikatakan hendak bahan makanan ternak, pupuk organik, energi serta media berbahai tujuan (Sihombing, 2000).
B. Alat yng Dipakai paruh atau bisa juga dikatakan hendak Pembuatan Briket
Penggunaan kotoran ternak menjdai bahan pembuatan briket tak saja menjdai seimbang cara pemanfaatan energi yng makin baik hendak tetapi pun bisa mengurangi pencemaran lingkungan yng ditimbulkan oleh kotoran ternak. Alat cetak briket manual memilki fungsi mencetak briket dari bahan oganik, semisal kotoran Sapi , limbah pertanian yng menyandang kandungan karbon tinggi semisal: sekam, serbuk gergaji, jerami, daun-daunan, serbuk arang, serbuk batubara, arang biomasa, serta arang sekam. Menjdai bbm keluarga di daerah pedesaan yang dengannya hasil cetakan berbentuk silinder (Zuhdi, 2011).
Screw conveyor yng ada di internal perangkat pencetak briket modern berfungsi paruh atau bisa juga dikatakan hendak mengalihkan material/adonan. Lantas di lakukan pemotongan menjadikan menghasilkan suatu briket yng diharapkan (Gale, 1995). Pada suatu studi dlakukan penelitian mengenai masalah perubahan struktur makromolekul briket pada tungku pengepresan perangkat pembuatan briket, serta memberikan kesimpulan bahwasanya pengepresan baiknya di lakukan pada kemiringan 90°C Ndaji dkk. (1997).
Alat pencetak briket Amat penting dam proses pembuatan briket. Pengaruh terbesar terdapat atau terletak pada kepadatan serta stuktur briket. Struktur briket ataupun bentuk dari briket internal proses pencetakan berpengaruhnya terhadap pembakaran. (Liu 2000). Rancang bangun perangkat pencetak briket yang dengannya skala ukuran 1:10. Bahan- bahan yng dipakai merupakan kayu. Rancang bangun perangkat pengering briket yang dengannya drum bekas. Tungku dirancangdengan mempergunakan pengudaraannya makin baik. Bahan tungku merupakan tanah liat (Herbawamurti, 2005).
Limbah peternakan bisa dimanfaatkan paruh atau bisa juga dikatakan hendak banyak sekali kebutuhan, apalagi limbah yang telah di sebutkan bisa diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih menyandang kandungan nutrisi ataupun zat padat yng potensial paruh atau bisa juga dikatakan hendak dimanfaatkan. Limbah ternak kaya hendak nutrient (zat makanan) semisal protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba ataupun biota, serta zat-zat yng lain (unidentified subtances). Limbah ternak bisa dimanfaatkan paruh atau bisa juga dikatakan hendak bahan makanan ternak, pupuk organik, energi serta media berbahai tujuan (Sihombing, 2002).
Bagi atau bisa juga dikatakan hendak mengatasi kelangkaan bbm butuh dicari sumber energi pengganti agar kebutuhan bbm bisa dipenuhi tanpa merusak lingkungan. Satu dari sekian banyaknya bbm pengganti ini sebenarnya bisa dibuat dari kotoran ayam broiler yng telah bercampur yang dengannya litter. Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) seimbang satu dari sekian banyaknya pengganti yng benar paruh atau bisa juga dikatakan hendak mengatasi kelangkaan bbm minyak. Limbah ternak seimbang sisa buangan dari suatu kegiatan bisnis peternakan semisal bisnis pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produksi ternak serta lain – lain. Limbah yang telah di sebutkan meliputi limbah padat serta limbah cair semisal feses,urine,sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, serta lain-lain. Dalam konteks itu pemanfaatan kotoran ternak menjdai sumber energi (bbm) seimbang satu dari sekian banyaknya pengganti paruh atau bisa juga dikatakan hendak mengurangi penggunaan minyak tanah serta kayu paruh atau bisa juga dikatakan hendak keperluan keluarga (Sofyadi, 2003).
Pemanfaatan kotoran ternak bisa diperoleh 2 jenis bbm yakni biogas serta briket. Di India yang dengannya adanya tinja sapi sebanyk 5 kg perekor serta kerbau 15 kg perekor, oleh pemerintah India disarankan paruh atau bisa juga dikatakan hendak dihasilkannya dung cake (briket) secara massal menjdai sumber energi (Nurtjahya, 2003).
A. Kajian Teori 1. Kemampuan Menangani Kotoran serta Alas Sangkar a. Kotoran serta Alas Sangkar Kotoran serta alas sangkar seimbang limbah dari kegiatan budidaya ternak ayam pedaging. Kotoran sangkar berupa tinja ayam, pakan yng tercecer / tumpah. Peternak mempergunakan alas sangkar yng dikenal yang dengannya istilah litter. Tujuan pemberian litter merupakan menyerap cairan yng tumpah ataupun dari tinja ayam yng basah serta mengurangi kontak ayam yang dengannya kotoran (Anonim, 2007). Manajemen litter pada ayam pedaging merupakan satu dari sekian banyaknya faktor penting yng Perlu diperhatikan, lantaran selama hidupnya ayam berada di buat litter yng bercampur yang dengannya kotoran.
Sebagian besar peternak mempergunakan sekam menjdai alas sangkar. Adapun seputar jenis bahan yng bisa dipakai menjdai alas sangkar lain-lainnya merupakan: jerami yng sudah dipotong kecil, serutan kayu (Fadilah, 2005).,Para ahli merekomendasikan ketebalan litter 7-10 cm, bergantung kondisi lingkungan serta musim. Umumnya andai ketebalan litter enggak makin dari 7 cm Suka menghasilkan alas sangkar gampang menggumpal menjadikan enggak kecil waktu yng dibutuhkan paruh atau bisa juga dikatakan hendak membuang gumpalan yang telah di sebutkan. Andai tak segera dibuang kondisi yang telah di sebutkan mampu menyandang efek negatif yng besar pada performance, kebugaran atau kesehatan serta internal budidaya (Anonim, 2007).
Pada akhir pemeliharaan ayam pedaging, biomassa litter bertambah enggak kecil lantaran bercampur yang dengannya tinja serta sisa pakan yng tumpah. Selama pemeliharaan ayam pedaging setiap ekor ayam menghasilkan kotoran serta alas sangkar 1,75 kg. Yang dengannya populasi ayam yng ada di di Kabupaten Klaten pada tahun 2007 sebanyk 250 ribu ayam pedaging / bulan maka internal satu tahun populasi ayam selaku 3.000.000 ekor menjadikan jumlah kotoran serta alas kadang yng diperoleh 5,25 juta kg (Djuriono, 2008).
Kotoran serta alas sangkar biasanya dijual yang dengannya harga 750 rupiah per karung ( setara 25 kg). Pada musim hujan bahan yang telah di sebutkan Suka tak laku dijual menjadikan enggak kecil peternak yng menangkap jalan pintas paruh atau bisa juga dikatakan hendak mengeluarkan kotoran kandangnya yang dengannya cara membuang di sembarang tempat ataupun dibakar.
- Menangani Kotoran serta Alas Sangkar
Di internal silabus kejuruan, dijelaskan bahwasanya indikator dari kompetensi dasar mempersiapkan perlengkapan meliputi : 1) Perlengkapan yng dipakai paruh atau bisa juga dikatakan hendak kerja diidentifikasi; 2) Perlengkapan yng sudah diidentifikasi dipersiapkan sesuai jumlah serta posisi yng memungkinkan kerja secara efisien; 3) Perlengkapan diperiksa fungsinya, serta andaikan terlaksana ketidak normalan fungsi dilaporkan, atau andaikan bisa jadi di lakukan perbaikan seperlunya; 4) Mungkin bahaya kerja diidentifikasi serta dimungkinkan paruh atau bisa juga dikatakan hendak dicari teknik yng makin bahagia.
Indikator dari kompetensi dasar melakukan penanganan kotoran serta alas sangkar meliputi : 1) Pengumpulan kotoran di lakukan sesuai yang dengannya prosedur; Kotoran ataupun alas sangkar ditempatkan pada tempat yng sudah disediakan; 2) Kotoran dimasukkan internal perangkat angkut sesuai yang dengannya prosedur yng sudah ditetapkan; 3) Kotoran serta alas sangkar dibuang yang dengannya mem-perhatikan kenyamanan lingkungan. Indikator dari kompetensi dasar melakukan pemeriksaan meliputi: 1) Lembar isian pekerjaan diisi serta dilaporkan kepada atasan paruh atau bisa juga dikatakan hendak tujuan pemeriksaan pekerjaan; 2) Beberapa penyimpangan didiskusikan yang dengannya tim kerja serta dilaporkan kepada atasan.
Di internal Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dijelaskan bahwasanya penerapan kebugaran atau kesehatan serta keselamatan kerja (K3) pada standar kompetensi menangani kotoran serta alas sangkar merupakan: 1) :System serta prosedur paruh atau bisa juga dikatakan hendak menjaga bahaya gas serta debu organik; 2) System serta prosedur penanganan keamanan secara manual; 3) Seleksi penggunaan serta perlengkapan pakaian atau perlengkapan pelindung yng sesuai; 4) System serta prosedur keamanan paruh atau bisa juga dikatakan hendak mencegah bahaya kerja di sangkar; 5) Berat beban perlengkapan serta muatannya tak boleh melebihi standar K3
Perlengkapan keamanan yng sesuai internal menangani kotoran serta alas sangkar meliputi: sepatu boot, topi, overall, sarung tangan, kaca indra penglihat pelindung, pelindung rambut, masker serta system pelindung terhadap gas organik.
Berita yng Perlu dicatat disaat melakukan kegiatan menangani kotoran serta alas sangkar renggangan lain: 1) Kondisi kotoran ataupun alas sangkar; tanggal, waktu, temperatur , kelembaban, kecepatan aliran udara serta periode kegiatan internal sangkar; 2) Keberadaan unggas mati yng tertinggal; 3) Keberadaan telur yng pecah pada alas sangkar; 4) Keberadan pakan serta cairan minum yng tercecer/tumpah
Situasi yng Perlu diamati disaat melakukan kegiatan penanganan kotoran serta alas sangkar merupakan kondisi kotoran ataupun alas sangkar yng mengganggu kebugaran atau kesehatan unggas, misalnya: bau yng menyengat lantaran kandungan amoniak yng tinggi, suhu serta kelembaban sangkar yng terlalu tinggi.
Sejumlah perlengkapan diharapkan internal menangani kotoran serta alas sangkar. Perlalatan itu dipakai paruh atau bisa juga dikatakan hendak membersihkan serta melindungi higienis sangkar, mengangkut kotoran serta mengelola limbah.
- Kemampuan Menangani Kotoran serta Alas Sangkar
Sedangkan ketrampilan yng diharapkan meliputi: 1) Mengenali yang dengannya gampang kotoran unggas sehat serta sakit 2) Mengamati serta mengenali atau menginterpretasikan kondisi sangkar yng sehat 3) Mengenali yang dengannya gampang alas sangkar yng telah saatnya diganti 4) Melaksanakan kegiatan pengumpulan kotoran serta alas sangkar atau melakukan pembuangan sesuai yang dengannya prosedur perusahaan 5) Mengamati, mengidentifikasi, serta peka terhadap keadaan lingkungan 6) Memonitor serta menulis suhu, waktu, kelembaban serta kondisi sangkar
- Teknologi Briket Arang
Pada bulan Juli tahun 2008, Program Keahlian Unggas SMK N 1 Trucuk sudah menghasilkan cara mengolah kotoran serta litter (alas sangkar) selaku bbm Hasil nya menunjukan bahwasanya bbm yang dengannya bahan baku litter bekas kotoran sangkar ayam (LBKKA) cukup prospektif menjdai alternatif briket batubara, LPG (berkaitan yang dengannya penghangat putri ayam) serta minyak tanah (Djuriono, 2008).
Proses pengolahan LBKKA selaku briket arang menggunakan seputar tahap sebagaimana kasatmata pada Gambar 2. Kegiatan diawali dari pengumpulan kotoran serta alas sangkar. Bahan ini diperoleh dari sangkar ayam pedaging yng saja dipanen.
Sesudah bahan terkumpul, maka dilanjutkan pembuatan arang yang dengannya mempergunakan cerobong. Alat ini terdiri dari ruang bakar yng terbuat dari kaleng serta pipa cerobong yng terbuat dari seng. Ruang bakar cerobong diberi bara bara, selanjutnya LBKKA dicurahkan di seputar cerobong
Api internal cerobong hendak menyala serta merambat membakar LBKKA di sekitarnya. Pembakaran berlangsung tanpa memicu bara menjadikan hendak terbentuk arang. Cara ini butuh waktu 3 jam paruh atau bisa juga dikatakan hendak menghasilkan arang . Hasil pembakaran merupakan arang LBKKA Pembuatan arang LBKKA yang dengannya mempergunakan cerobong cukup efisien yang dengannya dayaserap pembakaran mencapai 15kg/jam.
Langkah selajutnya merupakan menghancurkan arang selaku serbuk/tepung yng halus. Alat yng dipakai paruh atau bisa juga dikatakan hendak menggerus/ menumbuk merupakan berupa gilingan tepung yng berteagakan engine ataupun perangkat penumbuk simpel berupa penumbuk (misaal lesung serta alu penumbuk beras). Arang yng sudah diolah lantas disaring yang dengannya saringan yng lembut. Pada pembuatan briket arang dibutuhkan bahan perekat agar bisa tak gampang hancur. Bahan perekat yng biasa dipakai bisa berupa: lumpur tanah, pati dari ubi kayu (aci) serta tetes. Bagi atau bisa juga dikatakan hendak menghasilkan briket arang yng kualitasnya baik paruh industri keluarga yang dengannya tekanan tekannya > 50kg/cm3 serta komposisi adonan arang 88%, serbuk molase 12 % dari jumlah (Djuriono, 2008).
Briket sebanyk 1 kg yang dengannya campuran aci /tetes 12% disaat dibakar bisa bertahan selama 2 jam. Semakin enggak kecil persentase perekat pada briket arang, semakin kuat tekstur briket menjadikan makin tahan pecah, hendak tetapi biaya pembuatannya makin enggak murah. Macam-macam perangkat pencetak briket sudah dikembangkan tiba dari perlengkapan yng simpel sampai yang dengannya perlengkapan yng mempergunakan teknologi tinggi. Semisal perangkat yng dipakai paruh atau bisa juga dikatakan hendak mencetak briket renggangan lain : Pencetak Briket Simpel; Mesin Pencetak Briket Model Pegas; Mesin Briket Semi-Motorik; Mesin Pencencetak Briket Vertikal; Mesin Pencetak Briket Horisontal. a. Pencetak briket Simpel Pencetak briket Simpel terdiri dari: Bantalan, penumbuk, pencetak serta penekan.
Langkah 1: Alat pencetak diletakkan di buat bantalan, lantas adonan arang dimasukkan ke dalamnya. Langkah 2: Mengisi besi pencetak denngan adonan arang sampai 2 cm di buat permukaannya. Langkah 3: Adonan dipadatkan yang dengannya besi penumbuk. Langkah 4: Meratakan serta merapikan adonan sampai-sampai rata yang dengannya perangkat pencetak. Langkah 5: Menyiapkan perangkat penekan briket Langkah 6: Pencetak diletakkan benar di buat penekan briket . Langkah 7: Penekan briket ditekan penuh yang dengannya tangan. Langkah 8: Briket keluar dari lubang pencetak. Langkah 9: Briket diambil serta siap dijemur/dikeringkan
a. Mesin Pencetak Briket Model Pegas Alat ini terdiri dari: (1) Tuas Penekan, (2) Pegas Pengendali, (3) Poros Penekan (4) Penekan Briket (5) Pencetak Briket, (6) Rumah Penekan serta (7) Landasan.
Cara pemakaian engine pencetak jenis pegas merupakan menjdai berikut : 1) Tempatkan perangkat pencetak briket pada landasan yng rata, misalnya lantai yng rata, plat seng serta lain-lain semisal gambar di buat. 2) Stel yang dengannya memutar baut penyetel lubang pencetak menjadikan diameternya sesuai/pas yang dengannya penekan. 3) Isi lubang pencetak yang dengannya campuran briket bionergi sampai penuh 4) Tekan tangkai penekan sampai mentok (tak mampu ditekan lagi) 5) Lepas tangka penekan menjadikan ujung poros pelubang sumuran diatas pencetak 6) Angkat unit engine pencetak yang dengannya mengangkat stand/dudukan 7) Kendorkan pencetak yang dengannya memutar baut pemutar 8) Angkat pelan-pelan pencetaknya menjadikan lepas dari briket bioenerginya 9) Lepas batang pelubang ventilasi. 10) Jemur briketnya sampai kering.
b. Mesin Briket Semi Motorik Kapasitas produksi 250 kg/hari; satu unit engine terdiri dari engine penggerus, pencampur serta pencetak. Pada engine penggerus digerakkan ole kendaraan roda dua 1 PK, sedangkan engine pencampur serta engine pencetak sepenuhnya yang dengannya mempergunakan tenaga kita-kita. c. Mesin Pencetak Briket Vertical Mesin ini dirancang paruh atau bisa juga dikatakan hendak bisa mencetak serta menghasilkan Briket dari bahan baku serbuk arang. Adapun spesifikasi dari perangkat yang telah di sebutkan merupakan menjdai berikut: Kapasitas Produksi: s.d 1.000 briket/jam Penggerak Mula: Motor listrik 1,5 HP Muatan: Campuran Serbuk Arang serta binder Ukuran Briket: diamter 5 cm tebal 3 cm Dimensi: Panjang = 60cm; Lebar = 50cm; Tinggi = 63cm Berat: ~ 60 kg
d. Mesin Pencetak Briket Vertical Mesin ini dirancang paruh atau bisa juga dikatakan hendak bisa mencetak serta menghasilkan Briket dari bahan baku serbuk arang. Adapun spesifikasi dari perangkat yang telah di sebutkan merupakan menjdai berikut: Kapasitas Produksi: s.d 1.000 briket/jam. Penggerak Mula: Motor listrik 1,5 HP. Muatan: Campuran Serbuk Arang serta binder. Ukuran Briket: diamter 5 cm tebal 3 cm Dimensi: Panjang = 100cm; Lebar = 50cm; Tinggi = 63cm Berat: ~ 70 kg
3. Penggunaan Teknologi Briket Arang internal Pembelajaran Menangani Kotoran serta Alas Sangkar. Menangani kotoran serta alas sangkar merupakan kompetensi yng Amat erat kaitannya yang dengannya kompetensi membesarkan unggas. Pendekatan pembelajaran yng dipakai merupakan pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi merupakan suatu proses pembelajaran yng perencanaan, pelaksanaan serta penilainnya benar-benar mengacu kepada penguasaan kompetensi oleh peserta (Anonim, 1999). Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan agar segala upaya yng di lakukan internal proses pembelajaran benar-benar mengacu serta mengarahkan peserta paruh atau bisa juga dikatakan hendak mencapai penguasaan kompetensi tertentu.
Beberapa hal yng Perlu diperhatikan internal pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi, renggangan lain: a. Fokus kegiatan pembelajaran merupakan penguasaan kompetensi oleh peserta b. Kondisi proses belajar peserta paruh atau bisa juga dikatakan hendak menguasai kompetensi, Perlu memiliki kesepadanan yang dengannya kondisi dimana kompetensi yang telah di sebutkan hendak dipakai c. Aktifitas belajar peserta bersifat perseorangan. Antara satu peserta yang dengannya peserta lain-lainnya tak ada ketergantungan. Jadi peserta tak diperlakukan secara klasikal. d. Perlu tersedia program pengayaan paruh peserta yng makin cepat serta program perbaikan paruh peserta yng lamban, menjadikan perbedaan irama perkembangan belajar setiap peserta bisa dilayani.
Alokasi waktu 40 jam sesuai yang dengannya tuntutan yng ada pada silabus kejuruan KTSP Program Keahlian Budidaya Ternak Unggas masih dimungkinkan paruh atau bisa juga dikatakan hendak diisi yang dengannya kegiatan pembelajaran yng bersifat menaikan kemampuan siswa yng berkaitan erat yang dengannya pengolahan kotoran serta alas sangkar. Kemampuan yng bisa ditambahkan merupakan mengolah kotoran serta alas sangkar selaku arang briket. Kemampuan yang telah di sebutkan hendak menjadikan siswa mampu mengolah bahan yng sebelumnya cuma dibuang/dijual, selaku barang yng berguna serta menyandang nilai jual tinggi. Disamping itu yang dengannya kemampuan siswa internal mengolah kotoran serta alas sangkar selaku arang briket, maka siswa pun mampu berperan internal mencegah pencemaran lingkungan serta penyebaran penyakit, atau turut membantu pemerintah internal penyediaan bbm yng murah serta terbarukan (renewable).
Tuntutan yng Perlu dipenuhi oleh guru agar bisa menghantarkan siswa mengolah kotoran serta alas sangkar selaku briket arang merupakan mempergunakan serta memanfaatkan teknologi briket arang internal pembelajarannya. Pembelajarannya didesain agar siswa tertarik terhadap materi yang telah di sebutkan.
Motivasi bisa ditumbuhkan menggunakan penyadaran hendak bahaya-bahaya yng timbul akibat kotoran andai tak segera dikelola; Nilai ekonomis kotoran andai dibandingkan yang dengannya nilai briket arang; Mudahnya cara membuat briket, Kesempatan pasar briket arang. Seorang siswa dikatakan mampu mengolah kotoran serta alas sangkar selaku briket andaikan menguasai cara pembuatan arang dari kotoran serta alas sangkar. Selanjutnya ia pun Perlu menguasai cara mengolah arang selaku briket.
DAFTAR PUSTAKA Arhief.2008. Pembuatan Briket. http://arhiefstyle87.wordpress.Com. /2008/04/10 /pembuatan-briket-arangdari-serbuk-gergaji/. Diakses pada hari Rabu, 30 November 2013 pukul 14.00 WIB.
Farida E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi serta Campuran Limbah Organik Lain Menjdai Pakan ataupun Media Produksi Kokon serta Biomassa Cacing Tanah Eisenia foetida savigry. Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi serta Makanan Ternak. IPB. Bogor.
Rita. 2009. Briket Sampah. http://bandarsampah.blogdetik.com. Diakses pada hari Rabu, 30 November 2013 pukul 14.00 WIB.
Rizna.2009. Faktanya kompor BBA. http://sekolahmultiply. multiply. com/journal /item/11. Diakses pada hari Sabtu, 30 November 2013 pukul 19.00 WIB.
Sofyadi, Cahyan. 2003. Konsep Pembangunan Pertanian serta Peternakan Masa Depan. Badan Litbang Departemen Pertanian. Bogor.
Sihombing D.T.H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Bisnis Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.
Soehadji. 1992. Kebijakan Pemerintah internal Industri Peternakan serta Penanganan Limbah Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Wahyu, Arozi. 2011. Pembuatan Briket Arang. Erlangga. Jakarta.
Widodo, Asari, serta Unadi, 2005. Pemanfaatan Energi Biogas Bagi atau bisa juga dikatakan hendak Mendukung Agribisnis Di Pedesaan. Publikasi Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong.
Komentar
Posting Komentar