LAPORAN PRAKTIKUM SELEKSI TERNAK SAPI PERAH
LAPORAN PRAKTIKUM SELEKSI TERNAK SAPI PERAH selaku pilihan yang bagus buat kalian yang pengen mencari solusi penerangan merebut. Beberapa penerangan lainnya bisa kalian dapatkan disini karena baik.
Penilaian ternak dilaksanakan didasari kepada apa yng terlihat dari segi penampilannya saja serta terkadang terdapat hal-hal yng oleh peternak dianggap Amat penting, namun ahli genetika berpendapat bahwasanya hal yang telah di sebutkan sebetulnya tak ada pengaruhnya terhadap potensi perkembangbiakan ataupun produksi. Penentuan seleksi ternak sebaiknya kedua cara penilaian dipakai. Penilaian ternak yang telah di sebutkan di lakukan yang dengannya cara memberikan score kepada masing-masing ternak menjadikan menghasilkan urutan ataupun rangking tertinggi didasari nilai rekor performanya, pun baik intern memenuhi persyaratan secara fisik. Penilaian ternak diantaranya Perlu mengenal bagian-bagian dari tubuh ternak. Misalnya pada ternak sapi, jatah atau bisa juga dikatakan buat memperoleh sapi yng baik Perlu memperhatikan konformasi tubuh yng ideal, ternak yng dinilai Perlu sehat serta baik sesuai yang dengannya jenis bangsanya, enggak jelek alias bagus ukuran tubuhnya, seluruh bagian tubuh Perlu berpadu yang dengannya rata, Perlu feminin serta tak kasar. Kita bisa memastikan perbandingan renggangan kondisi sapi yng ideal yang dengannya kondisi sapi yng bakal kita nilai. Bagian-bagian tubuh sapi yng mendekati kondisi ideal bisa menunjang produksi yng bakal dihasilkannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Seleksi Ternak Seleksi dari segi genetik diartikan menjdai suatu tindakan jatah atau bisa juga dikatakan buat membiarkan ternak-ternak tertentu berproduksi, sedangkan ternak lain-lainnya tak diberi peluang berproduksi. Ternak-ternak pada generasi tertentu mampu selaku tetua pada generasi selanjutnya andai terdapat dua kekuatan. Kedua kekuatan itu merupakan seleksi jagat serta seleksi buatan (Noor, 2004). Dasar penentuan serta penyingkiran yng dipakai intern seleksi merupakan mutu genetik seekor ternak. Mutu genetik ternak tak jelas dari luar, yng jelas serta bisa diukur dari luar merupakan performanya. Performa ini Amat ditentukan oleh dua faktor, yakni faktor genetik serta lingkungan. Oleh lantaran itu, Perlu di lakukan suatu pendugaan ataupun penaksiran berlebi dahulu terhadap mutu genetiknya kepada dasar performansnya. Metode seleksi dibagi selaku tiga metode yng simpel, yakni: 1. Seleksi individu (individual selection) merupakan seleksi per ternak sesuai yang dengannya nilai fenotipe yng dimilikinya. Metode ini merupakan yng paling simpel daripada biasanya serta menghasilkan respon seleksi yng cepat. 2. Seleksi keluarga (family selection) merupakan seleksi keluarga per keluarga menjdai kesatuan unit sesuai yang dengannya fenotip yng dimiliki oleh keluarga yng bersangkutan. Individu tak berperan intern metode seleksi ini. 3. Seleksi intern keluarga (within-family selection) merupakan seleksi tiap individu di intern keluarga didasari nilai rata-rata fenotip dari keluarga asal individu bersangkutan (Hardjosubroto, 1994). Ternak yng menyandang kemampuan di kepada dari kemampuan yng sudah ditentukan berlebi dahulu bakal dipilih pada era melakukan seleksi, sedangkan yng bertambah rendah dari kemampuan tadi bakal disingkirkan. Ternak yng terpilih bakal menyandang nilai rerata kemampuan yng bertambah tinggi dari kemampuan keseluruhan sebelum seleksi. Perbedaan renggangan rerata kemampuan dari ternak yng terseleksi yang dengannya rerata kemampuan populasi sebelum seleksi disebut menjdai diferensial seleksi (selection differential). Proporsi dari diferensial seleksi yng bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya merupakan cuma yng bersifat genetik saja yakni sebesar nilai pewarisannya (heritability). Jadi, besarnya differensial seleksi yng diwariskan merupakan sebesar h2S serta ini disebut menjdai tanggapan (respon) seleksi yng bakal muncul pada generasi selanjutnya (Widodo serta Hakim, 1981). B. Sapi Perah Sapi FH Amat menonjol lantaran banyaknya jumlah produksi susu bakal tetapi kadar lemaknya rendah, dayamuat perut besar menjadikan mampu menampung pakan enggak sekelumit, menyandang kemampuan yng tinggi intern merubah pakan selaku susu. Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) sepantasnya hasil persilangan renggangan sapi FH yang dengannya sapi lokal, yang dengannya ciri-ciri yng hampir menyerupai FH bakal tetapi produksi susu relatif bertambah rendah dari FH serta badannya pun bertambah kecil. Hasil dari persilangan yang telah di sebutkan menyandang sifat diantara kedua induknya, dimana pertambahan bobot badan cukup tinggi atau mampu mengikuti keadaan yang dengannya lingkungan tropis secara baik (Putra, 2009). Memilih ternak didasari visual berguna kita memilih ternak didasari sifat-sifat yng jelas. Memilih bibit hampir percis yang dengannya seleksi jatah atau bisa juga dikatakan buat tujuan produksi. Seleksi didasari visual ini biasa disebut yang dengannya judging. Judging pada ternak intern arti yng luas merupakan bisnis yng di lakukan jatah atau bisa juga dikatakan buat menilai tingkatan ternak yng menyandang karakteristik penting jatah atau bisa juga dikatakan buat tujuan-tujuan tertentu. Judging intern arti sempit merupakan rujukan jatah atau bisa juga dikatakan buat pemberian penghargaan tertentu intern suatu kontes (Santoso, 2004). Judging maupun seleksi sapi perah intern pengamatan bermanfaat jatah atau bisa juga dikatakan buat menghubungkan renggangan tipenya menjdai sapi perah yng baik yang dengannya fungsi produksi susunya. Pemberian deskripsi intern penampilan sapi perah yng ideal umumnya mempergunakan semacam kartu skor yng disebut The Dairy Cow Unified Score Card. Kartu skor yang telah di sebutkan dibagi selaku 4 bagian utama yakni: penampilan umum (30 nilai), sifat sapi perah (20 nilai), dayamuat badan (20 nilai), system mammae (30 nilai) (Blakely serta Blade, 1995). Sapi perah yng menyandang kualitas sepantasnya satu dari sekian banyaknya aspek utama penentu kesuksesan bisnis peternakan sapi perah. Membeli sapi perah yng menyandang kualitas sebaiknya pilih sapi perah yng menyandang keturunan sapi perah jenis sapi yang dengannya produktifitas susu tinggi 9 misalnya, keturunan otentik sapi FH. Sapi menyandang kualitas pun Perlu menyandang tampilan ciri fisik khas sapi perah yng baik, sehat (bertambah-bertambah system reproduksinya), serta bebas penyakit yng menular. Yang bakal di sajikan kali ini ciri fisik sapi perah yng sehat: 1. Tubuh sehat serta bukan menjdai pembawa penyakit menular. 2. Dada lebar atau tulang rusuk panjang serta luas. 3. Ambing besar, memanjang kea rah perut, serta melebar sampai di renggangan paha 4. Kondisi ambing lunak, elastik, serta diantara keempat kuartir terdapat jeda yng cukup besar. Sesudah diperah, ambing bakal berlipat serta kempis, sedangkan sebelum diperah mengembung serta besar. 5. Kaki kuat, tak pincang serta jarak renggangan paha lebar. 6. Produksi susu, yang dengannya laktasi pertama produksi susu minimum 20 liter. 7. Sapi perah yng menyandang kualitas pun bisa melahirkan setiap tahun menjadikan bisa menghasilkan susu secara rutin setiap tahun (Kemal serta Harianto, 2011). BCS merupakan nilai kondisi tubuh yng didasarkan pada estimasi visual timbunan lemak tubuh dibawah kulit seputar pangkal ekor, tulang punggung, tulang rusuk serta pinggul lemak, bisa dipakai jatah atau bisa juga dikatakan buat prediksi dini status kesenjangan energi sapi perah selama awal laktasi. Penilaian kondisi tubuh ternak, bertambah-bertambah jatah atau bisa juga dikatakan buat sapi perah di Indonesia masih jarang di lakukan menjadikan jatah atau bisa juga dikatakan buat kondisi peternakan sapi perah rakyat Amat penting (Wahiduddin, 2008).
III. MATERI DAN METODE A. Materi Praktikum Alat serta bahan yng dipakai ada praktikum pemuliaan ternak merupakan menjdai berikut: 1. Sapi perah jenis PFH. 2. Alat tulis. 3. Kamera. B. Metode Praktikum 1. Melakukan pengukuran pada sapi perah PFH yng meliputi lingkar dada, bobot badan, panjang badan serta tinggi gumba. 2. Mengamati sapi perah PFH yng berada di intern sangkar meliputi penampilan umum, sifat perah, dayamuat tubuh serta system mammary. 3. Mencatat hasil pengamatan di intern tabel yng sudah tersedia. 4. Mendokumentasikan ternak yng diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sapi Perah 1. Hasil Pengamatan Tabel 4. Hasil Pengukuran serta Pengamatan Sapi Perah
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Pemuliaan Ternak 2014 Tabel 5. Hasil Penilaian Sapi Perah PFH secara Individu
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Pemuliaan Ternak 2014 Kriteria Skoring : a. Excellent : nilai 90-100 b. Good Plus : nilai 85-89 c. Very Good : nilai 80-84 d. Good : nilai 75-79 e. Fair : nilai 70-74 f. Poor : nilai di bawah 69 2. Pemaparan
Gambar 5. Sapi Perah nomor 1 Sapi perah 1 sepantasnya bangsa sapi perah Peranakan Frisian Holstein (PFH). Sapi perah betina nomor urut 1 memperoleh jumlah skor 76,5 yng terdiri dari penampilan umum (20,4), sifat perah (17), dayamuat tubuh (15,8) serta system mammary (23,3). Sapi perah betina nomer urut 1 salah satunya intern kriteria good.
Gambar 6. Sapi Perah nomor 2 Sapi perah 2 sepantasnya bangsa sapi perah Peranakan Frisian Holstein (PFH). Sapi nomor urut 2 medapatkan jumlah skor 76,8 yng terdiri dari penampilan umum (22), sifat perah (18), dayamuat tubuh (16) serta system mammary (20,8). Sapi perah betina nomer urut 2 salah satunya intern kriteria good. Sapi perah ini merupakan sapi perah yng paling baik daripada sapi perah lain-lainnya.
Gambar 7. Sapi Perah nomor 3 Sapi perah 3 sepantasnya bangsa sapi perah Peranakan Frisian Holstein (PFH). Sapi nomor urut 3 memperoleh jumlah skor 71 yng terdiri dari penampilan umum (19,6), sifat perah (17), dayamuat tubuh (15) serta system mammary (19,4). Sapi perah betina nomer urut 3 salah satunya intern kriteria fair
Gambar 8. Sapi Perah nomor 4 Sapi perah 4 sepantasnya bangsa sapi perah Peranakan Frisian Holstein (PFH). Sapi nomor urut 4 medapatkan skor 68,2 yng terdiri dari penampilan umum (19), sifat perah (15), dayamuat tubuh (12) serta system mammary (16,8). Sapi perah 4 menyandang kriteria poor. Hasil dari penilaian kelompok kami didapatkan bahwasanya sapi perah betina nomor urut 2 yng paling baik, sedangkan sapi perah betina nomor urut 4 yng menduduki peringkat yang terakhir. Urutan penilaian sapi perah yng didapat dari yng tertinggi sampai-sampai yng terendah didasari penilaian rata-rata yakni tertinggi sapi potong nomor 2, lantas nomor urut 2 diperoleh sapi potong nomor 1 serta nomor urut ketiga diperoleh sapi potong nomor 3 serta yng terendah sapi potong nomor 4. Penilaian ternak sapi perah yng di lakukan praktikan bisa diketahui ternak sapi yng paling baik serta menyandang kebugaran atau kesehatan yng baik. Hasil pengamatan yang telah di sebutkan merupakan rata-rata dari pengamatan individu kelompok 14, lantaran tiap individu menyandang penilaiannya masing-masing. Pembagian terstruktur mengenai penilaian pada praktikum judging sapi perah betina yakni excellent yang dengannya nilai 90 - 100, good plus yang dengannya nilai 85 - 89, very good nilai 80 - 84, good nilai 75 - 79, fair nilai 70 - 74 serta poor < 69. Pembagian terstruktur mengenai yng diungkapkan oleh Bligh serta Johnson (1973) percis yang dengannya praktikum sapi perah yng di lakukan yakni sapi salah satunya kategori exellent yang dengannya nilai bertambah dari 90, good plus yang dengannya nilai 85 - 90, good yang dengannya nilai 75 - 85 serta poor andai nilainya dibawah 75. Pendapat dari Blakely serta Bade (1995) berbeda yakni Amat enggak jelek alias bagus (85 - 90), cukup enggak jelek alias bagus (80 - 84), enggak jelek alias bagus (75 - 79), sedang (65 - 74), enggak baik (<65). Pembagian terstruktur mengenai yang telah di sebutkan mampu berbeda-beda bergantung bangsa sapi perah yng diamati.
V. KESIMPULAN A. Kesimpulan Kesimpulan yng bisa praktikan peroleh dari praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak ini sepantasnya : 1. Penilaian (judging) di lakukan pada setiap individu ternak yng bakal dipilih yang dengannya cara mengisikan skor yng sesuai yang dengannya penilaian menggunakan pengamatan, pandang-an serta perabaan. 2. Hasil penilaian rata-rata sapi perah PFH yng diperoleh dari urutan sapi nomor 1, 2,3 serta 4 yakni 76,5; 76,8; 71 serta 68,8.
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J serta Bade, D. H. 1995. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Harjosubroto. 1994. Software Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Kemal, S. E. serta Harianto, B. 2011. Beternak serta Usaha Sapi Perah. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. Noor, R. 2004. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. Putra, A. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Bisnis Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus Pemerahan Susu Moeria Kudus Jawa Tengah). UNDIP. Semarang. Santosa, B. A. 2004. Buku Petunjuk Praktikum Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang. Wahiduddin, M. 2008. Manajemen Sapi Perah pada Peternakan Rakyat. Penebar Swadaya. Jakarta. Widodo, W. Serta L. Hakim. 1981. Pemuliaan Ternak. Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya. Malang.
Penilaian ternak dilaksanakan didasari kepada apa yng terlihat dari segi penampilannya saja serta terkadang terdapat hal-hal yng oleh peternak dianggap Amat penting, namun ahli genetika berpendapat bahwasanya hal yang telah di sebutkan sebetulnya tak ada pengaruhnya terhadap potensi perkembangbiakan ataupun produksi. Penentuan seleksi ternak sebaiknya kedua cara penilaian dipakai. Penilaian ternak yang telah di sebutkan di lakukan yang dengannya cara memberikan score kepada masing-masing ternak menjadikan menghasilkan urutan ataupun rangking tertinggi didasari nilai rekor performanya, pun baik intern memenuhi persyaratan secara fisik. Penilaian ternak diantaranya Perlu mengenal bagian-bagian dari tubuh ternak. Misalnya pada ternak sapi, jatah atau bisa juga dikatakan buat memperoleh sapi yng baik Perlu memperhatikan konformasi tubuh yng ideal, ternak yng dinilai Perlu sehat serta baik sesuai yang dengannya jenis bangsanya, enggak jelek alias bagus ukuran tubuhnya, seluruh bagian tubuh Perlu berpadu yang dengannya rata, Perlu feminin serta tak kasar. Kita bisa memastikan perbandingan renggangan kondisi sapi yng ideal yang dengannya kondisi sapi yng bakal kita nilai. Bagian-bagian tubuh sapi yng mendekati kondisi ideal bisa menunjang produksi yng bakal dihasilkannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Seleksi Ternak Seleksi dari segi genetik diartikan menjdai suatu tindakan jatah atau bisa juga dikatakan buat membiarkan ternak-ternak tertentu berproduksi, sedangkan ternak lain-lainnya tak diberi peluang berproduksi. Ternak-ternak pada generasi tertentu mampu selaku tetua pada generasi selanjutnya andai terdapat dua kekuatan. Kedua kekuatan itu merupakan seleksi jagat serta seleksi buatan (Noor, 2004). Dasar penentuan serta penyingkiran yng dipakai intern seleksi merupakan mutu genetik seekor ternak. Mutu genetik ternak tak jelas dari luar, yng jelas serta bisa diukur dari luar merupakan performanya. Performa ini Amat ditentukan oleh dua faktor, yakni faktor genetik serta lingkungan. Oleh lantaran itu, Perlu di lakukan suatu pendugaan ataupun penaksiran berlebi dahulu terhadap mutu genetiknya kepada dasar performansnya. Metode seleksi dibagi selaku tiga metode yng simpel, yakni: 1. Seleksi individu (individual selection) merupakan seleksi per ternak sesuai yang dengannya nilai fenotipe yng dimilikinya. Metode ini merupakan yng paling simpel daripada biasanya serta menghasilkan respon seleksi yng cepat. 2. Seleksi keluarga (family selection) merupakan seleksi keluarga per keluarga menjdai kesatuan unit sesuai yang dengannya fenotip yng dimiliki oleh keluarga yng bersangkutan. Individu tak berperan intern metode seleksi ini. 3. Seleksi intern keluarga (within-family selection) merupakan seleksi tiap individu di intern keluarga didasari nilai rata-rata fenotip dari keluarga asal individu bersangkutan (Hardjosubroto, 1994). Ternak yng menyandang kemampuan di kepada dari kemampuan yng sudah ditentukan berlebi dahulu bakal dipilih pada era melakukan seleksi, sedangkan yng bertambah rendah dari kemampuan tadi bakal disingkirkan. Ternak yng terpilih bakal menyandang nilai rerata kemampuan yng bertambah tinggi dari kemampuan keseluruhan sebelum seleksi. Perbedaan renggangan rerata kemampuan dari ternak yng terseleksi yang dengannya rerata kemampuan populasi sebelum seleksi disebut menjdai diferensial seleksi (selection differential). Proporsi dari diferensial seleksi yng bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya merupakan cuma yng bersifat genetik saja yakni sebesar nilai pewarisannya (heritability). Jadi, besarnya differensial seleksi yng diwariskan merupakan sebesar h2S serta ini disebut menjdai tanggapan (respon) seleksi yng bakal muncul pada generasi selanjutnya (Widodo serta Hakim, 1981). B. Sapi Perah Sapi FH Amat menonjol lantaran banyaknya jumlah produksi susu bakal tetapi kadar lemaknya rendah, dayamuat perut besar menjadikan mampu menampung pakan enggak sekelumit, menyandang kemampuan yng tinggi intern merubah pakan selaku susu. Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) sepantasnya hasil persilangan renggangan sapi FH yang dengannya sapi lokal, yang dengannya ciri-ciri yng hampir menyerupai FH bakal tetapi produksi susu relatif bertambah rendah dari FH serta badannya pun bertambah kecil. Hasil dari persilangan yang telah di sebutkan menyandang sifat diantara kedua induknya, dimana pertambahan bobot badan cukup tinggi atau mampu mengikuti keadaan yang dengannya lingkungan tropis secara baik (Putra, 2009). Memilih ternak didasari visual berguna kita memilih ternak didasari sifat-sifat yng jelas. Memilih bibit hampir percis yang dengannya seleksi jatah atau bisa juga dikatakan buat tujuan produksi. Seleksi didasari visual ini biasa disebut yang dengannya judging. Judging pada ternak intern arti yng luas merupakan bisnis yng di lakukan jatah atau bisa juga dikatakan buat menilai tingkatan ternak yng menyandang karakteristik penting jatah atau bisa juga dikatakan buat tujuan-tujuan tertentu. Judging intern arti sempit merupakan rujukan jatah atau bisa juga dikatakan buat pemberian penghargaan tertentu intern suatu kontes (Santoso, 2004). Judging maupun seleksi sapi perah intern pengamatan bermanfaat jatah atau bisa juga dikatakan buat menghubungkan renggangan tipenya menjdai sapi perah yng baik yang dengannya fungsi produksi susunya. Pemberian deskripsi intern penampilan sapi perah yng ideal umumnya mempergunakan semacam kartu skor yng disebut The Dairy Cow Unified Score Card. Kartu skor yang telah di sebutkan dibagi selaku 4 bagian utama yakni: penampilan umum (30 nilai), sifat sapi perah (20 nilai), dayamuat badan (20 nilai), system mammae (30 nilai) (Blakely serta Blade, 1995). Sapi perah yng menyandang kualitas sepantasnya satu dari sekian banyaknya aspek utama penentu kesuksesan bisnis peternakan sapi perah. Membeli sapi perah yng menyandang kualitas sebaiknya pilih sapi perah yng menyandang keturunan sapi perah jenis sapi yang dengannya produktifitas susu tinggi 9 misalnya, keturunan otentik sapi FH. Sapi menyandang kualitas pun Perlu menyandang tampilan ciri fisik khas sapi perah yng baik, sehat (bertambah-bertambah system reproduksinya), serta bebas penyakit yng menular. Yang bakal di sajikan kali ini ciri fisik sapi perah yng sehat: 1. Tubuh sehat serta bukan menjdai pembawa penyakit menular. 2. Dada lebar atau tulang rusuk panjang serta luas. 3. Ambing besar, memanjang kea rah perut, serta melebar sampai di renggangan paha 4. Kondisi ambing lunak, elastik, serta diantara keempat kuartir terdapat jeda yng cukup besar. Sesudah diperah, ambing bakal berlipat serta kempis, sedangkan sebelum diperah mengembung serta besar. 5. Kaki kuat, tak pincang serta jarak renggangan paha lebar. 6. Produksi susu, yang dengannya laktasi pertama produksi susu minimum 20 liter. 7. Sapi perah yng menyandang kualitas pun bisa melahirkan setiap tahun menjadikan bisa menghasilkan susu secara rutin setiap tahun (Kemal serta Harianto, 2011). BCS merupakan nilai kondisi tubuh yng didasarkan pada estimasi visual timbunan lemak tubuh dibawah kulit seputar pangkal ekor, tulang punggung, tulang rusuk serta pinggul lemak, bisa dipakai jatah atau bisa juga dikatakan buat prediksi dini status kesenjangan energi sapi perah selama awal laktasi. Penilaian kondisi tubuh ternak, bertambah-bertambah jatah atau bisa juga dikatakan buat sapi perah di Indonesia masih jarang di lakukan menjadikan jatah atau bisa juga dikatakan buat kondisi peternakan sapi perah rakyat Amat penting (Wahiduddin, 2008).
III. MATERI DAN METODE A. Materi Praktikum Alat serta bahan yng dipakai ada praktikum pemuliaan ternak merupakan menjdai berikut: 1. Sapi perah jenis PFH. 2. Alat tulis. 3. Kamera. B. Metode Praktikum 1. Melakukan pengukuran pada sapi perah PFH yng meliputi lingkar dada, bobot badan, panjang badan serta tinggi gumba. 2. Mengamati sapi perah PFH yng berada di intern sangkar meliputi penampilan umum, sifat perah, dayamuat tubuh serta system mammary. 3. Mencatat hasil pengamatan di intern tabel yng sudah tersedia. 4. Mendokumentasikan ternak yng diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sapi Perah 1. Hasil Pengamatan Tabel 4. Hasil Pengukuran serta Pengamatan Sapi Perah
No | Ketentuan | Sapi Perah Betina | |||
1 | 2 | 3 | 4 | ||
1. | Bangsa | PFH | PFH | PFH | PFH |
2. | Umur (bulan) | 36 | 36 | 60 | 60 |
3. | Berat Badan (kg) | 432 | 421 | 386 | 421 |
4. | Lingkar Dada (cm) | 170 | 169 | 164 | 169 |
5. | Panjang Badan (cm) | 149 | 141 | 134 | 138 |
6. | Tinggi Gumba (cm) | 126 | 130 | 126 | 133 |
No | Juri | Sapi Perah Nomor | |||
1 | 2 | 3 | 4 | ||
1. | Thomas Saputro | 1 | 2 | 3 | 4 |
2. | Desi Wulandari | 2 | 3 | 4 | 1 |
3. | Khisom Alwi | 2 | 1 | 3 | 4 |
4. | Rika Suwistin O | 1 | 2 | 3 | 4 |
5. | Wahyu Agus T | 3 | 1 | 2 | 4 |




V. KESIMPULAN A. Kesimpulan Kesimpulan yng bisa praktikan peroleh dari praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak ini sepantasnya : 1. Penilaian (judging) di lakukan pada setiap individu ternak yng bakal dipilih yang dengannya cara mengisikan skor yng sesuai yang dengannya penilaian menggunakan pengamatan, pandang-an serta perabaan. 2. Hasil penilaian rata-rata sapi perah PFH yng diperoleh dari urutan sapi nomor 1, 2,3 serta 4 yakni 76,5; 76,8; 71 serta 68,8.
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J serta Bade, D. H. 1995. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Harjosubroto. 1994. Software Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Kemal, S. E. serta Harianto, B. 2011. Beternak serta Usaha Sapi Perah. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. Noor, R. 2004. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. Putra, A. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Bisnis Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus Pemerahan Susu Moeria Kudus Jawa Tengah). UNDIP. Semarang. Santosa, B. A. 2004. Buku Petunjuk Praktikum Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang. Wahiduddin, M. 2008. Manajemen Sapi Perah pada Peternakan Rakyat. Penebar Swadaya. Jakarta. Widodo, W. Serta L. Hakim. 1981. Pemuliaan Ternak. Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya. Malang.
Komentar
Posting Komentar